PENGUKURAN DAN PENILAIAN DALAM BKTUGAS 7“Tes Kepribadian”Dosen Pembina:Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd.Dr. Riska Ahmad, M.Pd., Kons.
Oleh,Wiwi DelfitaNIM. 17151049/2017PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS ILMU PENDIDIKANPROGRAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG2017
TES
KEPRIBADIAN
A.
Pengertian
kepribadian
1. Dalam
Calvin & Gardener (1993: 66)
dijelaskan bahwa kepribadian bahasa inggrisnya “personality” berasal dari bahasa yunani “per” dan “sonare” yang
berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai
topeng tersebut. Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut.
2. A.Muri Yusuf
(2005: 32) mengartikan kepribadian sebagai
ciri-ciri khas seseorang yang menampakkan bentuknya dalam tingkah lakunya dan
yang membedakan dirinya dari orang lain.
3. Allport
(dalam Alex Sobur, 2003: 300) mengemukakan kepribadian adalah
organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik dalam individu
yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
4. Ross
Stagner (dalam Calvin & Gardener, 1993: 66) mengartikan kepribadian dalam
dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask Personality), yaitu
kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung
kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real
personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
5. Cattel
(dalam Alex Sobur, 2003: 300) juga mengemukakan tentang kepribadian yaitu:
a.
Seperangkat
kecenderungan kecondongan internal yang terorganisasi untuk berperilaku dengan
cara tertentu,
b.
Keberadaan
tersendiri yang disimpulkan dari perilaku, bukan yang langsung diamati;
c.
Agak
stabil dan konsisten dalam perjalanan waktu dan dipicu oleh rangsangan yang
fungsinya sepadan;
d.
Kekuatan
yang menjadi penengah diantara penghargaan seseorang kepada dunia dan kegiatan
dalam suatu situasi; dan
e.
Membantu
individu dalam menyaring realitas, mengungkapkan perasaan, dan mengidentifikasi
diri kepaad orang lain
6. Alex
Sobur (2003: 304) mengartikan kepribadian yaitu sebagai suatu struktur atau
organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang
diorganisasikan dan diintegrasikan kepribadian. Atau dengan kata lain,
kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah
tingkah laku sseorang.
Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian mengandung
beberapa arti, yaitu kepribadian lebih menekankan kepada perbedaan yang
dimiliki oleh individu/keunikan atau kekhasan yang dimiliki oleh individu yang
dapat menjadi pembeda antara individu yang satu dengan yang lainnya dan sebagai
penentu atau pengarah tingkah laku seseorang.
B. Teori
tentang kepribadian
Suatu teori
kepribadiaan terdiri dari sekumpulan asumsi tentang tingkah laku manusia
beserta aturan-aturan untuk menghubungkan asumsi-asumsi dan definisi-definisi
supaya menjadi jelas interaksinya dengan peristiwa-peristiwa yang bisa diamati.
Teori-teori kepribadiaan adalah teori-teori umum tentang tingkah laku. Berikut
beberapa teori tentang kepribadiaan (Alex Sobur, 2003: 304-311):
1.
Teori
kepribadian psikoanalisis
Dalam teori psikoanalisis Freud, kepribadian
dipengaruhi oleh tiga sistem kepribadian yang dapat menciptakan energi psikis
individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instrinsik individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id,
ego dan superego. Yang mana,
ketiga sistem tersebut bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia. Adapun
kerja dari masing-masing sistem tersebut adalah:
a. Id bekerja
menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis,
b. Ego
mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang
diterima masyarakat.
c. Superego
(hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu.
Jadi,
dalam teori psikoanalisis Freud ini, ego
harus mengahadapi konflik antara id
(yang berisis naluru seksual dan agresif yang selalu minta dilasurkan dan superego (yang berisi larangan yang
menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya, ego
harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku
tersebut.
Kemudian,
teori Freud mengenai dinamika kepribadian
menyatakan bahwa terdapat sejumlah energi psikis (libido) yang konstan untuk
setiap individu. Jika dorongan atau tindakan yang terlarang disupresi,
energinya akan mencari penyaluran lain, seperti mimpi atau gejolak neurotik.
Teori ini berpendapat bahwa dorongan Id yang
tidak dapat ditterima dapat menimbulkan kecemasan, yang bisa diturunkan oleh mekanisme pertahanan. Setelah itu, teori
Freud mengenai perkembangan kepribadian
menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual
(seperti oral, anal dan falik) dan harus memecahkan konflik oedipal, saat anak kecil memandang orang
tua berjenis kelamin sama sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang dari
orang tua berjenis kelamin lain.
2.
Teori-teori
Sifat
Teori-teori
sifat (Allport) dikenal sebagai teori tipe yang menekankan aspek kepribadian
yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori ini menyatakan bahwa
manusia memiliki sifat-sifat tertentu,
yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu.
Sifat0sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap
dari situasi ke situasi. Kemudian, Allport juga menekankan bahwa keunikan
seseorang hanya satu-satunya yang dimiliki orang tersebut.
Dalam
pandangannya (Allport) menekankan bahwa kepribadian pada prinsipnya kepribadian
pada prinsipnya mengandung karakteristik atau keunikan perilaku dan pemikiran
seseorang. Allpor menunjukkan bahwa semua sifat kita adalah unik. Sifat adalah
sesuatu yang sesungguhnya eksis, namun tidak terlihat. Meskipun tidak terlihat,
kita bisa merasakan kehadirannya dengan mengamati konsistensi dari perilaku
seseorang.
Allport
juga membedakan antara sifat umum dan
kecenderungan pribadi. Sifat umum
adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lain.
Sedangkan kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik
dari sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Selanjutnya, Allport membagi sejumlah
perbedaan diantara berbagai jenis sifat, yaitu:
a.
Sifat-sifat
kardinal (cardinal traits).
Sifat-sifat ini merupakan
karakteristik yang meresap dan dominan dalam kehidupan seseorang, dan isa dikatakan sebagai motif utama, sifat
utama. Umpanya, kebutuhan orang untuk berkuasa. Orang yang demikian tidak hanya
mencoba mendominasi istrinya, namun juga ingin memenangkan pertandingan tenis
meja dengan anaknya. Ini terkumpul dalam semua perilakunya.
b.
Sifat-sifat
sentarl (central traits)
Sifat-sifat ini merupakan
karakteristik yang kurang mengontrol atau memotivasi perilaku individu, namun
tidak kalah penting. Meskipun mengontrol perilaku dalam berbagai situasi, sifat
ini tidak mendorong atau menekan dengan kuat seperti sifat-sifat kardinal.
c.
Sifat-sifat
sekunder (secondary traits)
Sifat-sifat ini merupakan
karakteristik periferal dalam individu. Sifat ini tampaknya berfungsi lebih
terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi kepribadian, dan lebih terpusat
(khusus) pada respon yang didasarinya serta perangsang-perangsang yang
disukainya. Umpanya seseorang yang ingin berlibur, berekreasi dan sebagainya.
3.
Teori
Kepribadian Behaviorisme
Menurut
teori kepribadian behaviorisme yang dipelopori oleh skinner, kepribadian adalah
pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai
konsekuensi yang diperkuatnya. Menurut teori ini, kepribadian seseorang
terbentuk melalui belajar. Sehingga kepribadian seseorang terbentuk oelh
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan
akibat (tingkah laku) yang khas pula padacindividu tersebut.
4.
Teori
psikologi koginitif
Pandangan
teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain
adalah elemen-elemen kesadaran satu sama lain saling terkait dalam lapangan
kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur fisik dan psikis tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk ke dalam kognisi manusia. Bahkan dalam teori ini
dimungkinkan juga faktor-faktor dari luar diri dimasukkan dalam lapangan
psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
C. Proses
Perkembangan Kepribadian
Di dalam buku
Alex Sobur (2003: 312) dijelaskan bahwa bahwa pada hakikatnya kepribadian dapat
dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik,
motorik, mental, soail, moral, tetapi melebih penjumlahan semua aspek
perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan
badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan
seseorang. Kepribadian seseorang terbentuk melalui proses interaksi dalam
dirinya sendiri, dengan pengaruh-pengaruh lingkungan dari luar.
Menurut Muray
(dalam Alex Sobur, 2003: 313) bahwa faktor-faktor genetika dan pematangan
mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian. Sedangkan Hall
dan Linzdey mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian yaitu, dimensi vertikal
(orang berkembang dari posisi tengah pada sakal ke arah luar dan juga ke dalam)
ia mengembangkan mengembangkan kebutuhan yang lebih dalam dan lebih menyeluruh
serta pola tingkah laku yang lebih terinci untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua
yaitu dimensi progresif, (perkembangan
berarti meningkatkan efisiensi dan produktivitas), dan ketiga yaitu dimensi tranvers (pertumbuhan
mengakibatkan koordinasi yang lebih baik dan keluwesan bertingkah laku yang
lebih besar. Perkembangan yang harmonis pada ketiga dimensi tersebut akan
memperkaya dan memperluas kepribadian.
Selanjutnya,
teori psikoanalisis mengenai perkembanga
kepribadian berlandaskan dua premis, yaitu:
1. Premis
bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa
kanak-kanak awal.
2. Energi
seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian
tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses naluriah organisme.
Sedangkan
freud berpendapat bahwa pada manusia terdapat empat tahapan perkembangan
psikoseksual yang kesemuanya menentukan pembentukan kepribadian, dan
masing-masing fase berkaitan dengan daerah erogen tertentu yang peka dan bisa
mendatangkan kenikamatan seksual apabila dikenai rangkasangan. Daerah-daerah
tersebut adalah daerah oral, anal, dan alat kelamin. Dan pengalaman individu
pada masing-masing fase meninggalkan sejumlah bekas yang permanen, berupa sika,
sifat dan nilai yang khas.
D. Tipe-tipe
Kepribadian
Pada dasarnya
setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Penelitian mengenai kepribadian
manusia sudah dilakukan para ahli sejak dulu kala. Hippocrates dan Galenus
(dalam Alex Sobur, 2003: 314) mengemukakan bahwa manusia dibagi menajdi empat
golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya, yaitu:
1. Melancholicus (melankolis)
yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang yang tipe
ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan selalu menaruh rasa
curiga.
2. Sanguinicus (sanguinis),
yankni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang yang tipe ini
selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira,dan bersikap
optimistis.
3. Flegmaticus (flegmatisi),
yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang yang tipe ini sifatnya lamban
dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenag, pendiriannya
tidak mudah berubah.
4. Cholericus (kolerisi),
yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang yang tipe ini bertubuh besar dan
kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan
agresif.
Kemudian,
Jung (dalam Alex Sobur, 2003: 316)
membagi tipe kepribadian menjadi dua golongan besar yaitu:
1.
Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang
perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan
masyarakat. Orang yang memiliki tipe ini, mempunyai sifat berhati terbuka,
lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan beasr
sekali, mudah mempengaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungan.
2.
Tipe introvert, yaitu orang-orang yang
perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Orang yang memiliki tipe ini bersifat
kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, sukar menyendiri,
bahkan sering takut kepada orang.
Kemudian,
Gerart Heymans (dalam Alex Sobur, 2003: 317) membagi tipe kepribadian manusia berdasarkan
kuat lemahnya unsur emosional, aktivitas dan sekunder-fungsi dari setiap orang,
yang dibagi menjadi tujuah tipe yaitu.
1. Orang
hebat: orang yang aktif dan emosionalnya serta fungsi sekundernya kuat. Orang
ini mempunyai ciri seperti bersikap keras, emosional, gila kuasa, egois, suka
mengecam, memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, dan suka menolong orang yang
lemah.
2. Orang
garang: orang yang aktif dan emosional, tetapi fungsi sekundernya lemah. Orang
ini lincah, rajin bekerja, periang, pemberani, optimis, suka pada hal-hal yang
faktual, suka kemewahan, pemboros dan sering bertindak ceroboh tanpa pikir
panjang.
3. Orang
perayu: orang yang tidak aktif, emosianl dan fungsi sekundernya kuat. Orang ini
suka bersikap emosional, sering impulsif, pintar berbicara sehingga mudah
mempengaruhi orang lain, senang terhadap kehidupan alam, dan menjauhkan diri
dari kebisingan dan keramaian.
4. Orang
penggugup: orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya lemah tetapi
emosionalnya kuat. Orang tipe ini sifatnya emosional (mudah naik darah, tetapi
cepat menjadi dingin), suka memprotes/mengecam orang lain, tidak sabar, tidak
mau berpikir panjang, agresif, tetapi tidak pendendam.
5. Orang
tenang: orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya kuat. Orang tipe ini
selalu bersikap tenang, sabar, tekun bekerja secara teratur, tidak lekas putus
asa, berbicara singkat, tetapi mantap. Mereka berpandangan luas, berbakat
matematika, senang membaca dan memiliki ingatan yang baik. Orang tipe ini rajin
dan cekatan serta mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan banyak bantuan orang
lain.
6. Orang
kenak-kanakan: orang yang tidak aktif, tidak emosional tetapi fungsi
sekundernya kuat. Oarng ini antara lain, sukar mengambil keputusan, kurang
berani/ragu-ragu bertindak, pemurung, pendiam, suka menyendiri, berpegang teguh
pada pendiriannya, pendendam, tidak gila hormat dan kuasa, dan dalam bidang
politik selalu berpandangan konservatif.
7. Orang
tak berbentuk: orang yang tidak aktif, tidak emosional dan fungsi sekundernya
lemah. Sifat tipe orang ini, antara lain intelektualnya kurang, picik, tidak
praktis, selalu membeo, canggung, dan ingatannya buruk. Mereka termasuk orang
yang perisau, peminum, pemboros, dan cenderung membiarkan dirinya dibimbing dan
dikuasai orang lain.
E. Pengertian
Tes Kepribadiaan
Menurut Brown (dalam A.Muri Yusuf,
2005: 109): “a test as a systematic
prosedure for measuring a sample of behavior”. Tes merupakan suatu prosedur
sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.
Cronbach (dalam A.Muri Yusuf, 2005: 109)
mengemukakan bahwa : “a test is a
systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with
aid of numerical scale or category
system.” Sedangkan Friedenberg (dalam
A.Muri Yusuf, 2005: 109) menyatakan : “a
test is a type of assesment that uses specific procedures to obtain information
and convert that information to numbers or scores.”
Jadi esensi dari tes
adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku
seseorang atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku
seseorang. Tiap-tiap aspek dalam tingkah laku yang akan di ukur sangat luas,
sedangkan tes terbatas pada butir-butir yang dapat dirakit. Oleh karena itu tes
yang disusun hendaklah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Seorang pembuat
tes (test-maker) harus menyusun “blue print” setepat mungkin, yang dapat
mewakili semua aspek yang akan diukur, sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. (A. Muri Yusuf, 2005 : 109).
Selanjutnya
berkaitan dengan tes kepribadiaan, Anne & Susana (2007: 284) tes kepribadiaan adalah instrumen
untuk mengukur ciri-ciri emosi, motivasi, antarpribadi, dan sikap yang dibedakan
dari kemampuan.
F. Jenis-jenis
Tes Kepribadiaan
Dalam Anne &
Susana (2007: 288) terdapat 2 jenis tes kepribadiaan yang begitu
ditonjolkannya, yaitu:
1. Minnesota Multiphasic Personality
Inventories (MMPI)
MMPI
telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-2
(Butcher, Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-Adolescent (MMPI-A
– Buchler et al., 1992). Pada tahun 1960-an, MMPI dipandang sebagai tes
kepribadian terkemuka dan digunakan sesering atau lebih, pada subjek-subjek
yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis, militer, dan forensik
seperti pasien psikiatris. Instrumen yang sudah tidak tepat
lagi karena norma-norma yang berdasar sempit dan kadaluwarsa dari tes perlu
diperbaharui dan direstandardisasi demi kesinambungan MMPI.
Minnesota
Multiphasis Personality Inventory-2. Butir-butir soal MMPI-2 terdiri
dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”,
370 butir soal pertama, pada dasarnya sama dengan butir-butir soal pada MMPI
kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan semua
respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala “klinis” yang asli dan tiga
skala “validitas”, 197 butir soal tersisa (107 di antaranya baru)
diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas
baru, yang direvisi dan dipertahankan , serta skala dan sub skala suplementer
yang membangun inventori secara lengkap. Dahsltrom (1993) telah mempersiapkan
suplemen manual yang menyediakan semua informasi yang perlu untuk membandingkan
butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal asli.
Minnesota
Multiphasic Personality Inventory-Adolescent
(MMPI-A) adalah bentuk baru yang dikembangkan secara spesifik
untuk digunakan pada remaja. MMPI-A memuat hampir semua segi MMPI
dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar namun dilakukan pengurangan panjang
keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkan butir-butir soal
yang relevan dengan remaja, seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas
segala-galanya persyaratan norma kecocokan usia. Dalam perkembangannya maju
sejalan dengan MMPI-2 dan MMPI-A, sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes
lainnya, komputerisasi prosedur untuk administrasi, penentuan skor dan
interpretasi inventori serta pengembangan penerjemahan instrumen ke dalam
berbagai bahasa.
2. California Psychological Inventory
(CPI)
CPI
dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa. Dalam revisi
terakhir CPI terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab “Benar” atau
“Salah” dan menghasilkan skor pada 20 skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada
awal diterbitkan tahun 1956. Pada awalnya terdiri dari 480 butir soal,
diturunkan menjadi 462 butir soal dan terakhir 434 butir soal.
Sementara dalam
referensi pada umumnya membagi tes kepribadiaan menjadi beberapa jenis seperti
berikut ini:
a. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories)
b.
CPI (California
Psychological Inventory)
c.
PIC (Personality Inventory
for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas
Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan penggunaan
klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun.
PIC awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga skala
validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap defensif), sebuah
skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi menjadi PIC-R dan
jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi 420. PIC-R bukanlah
laporan inventori diri melainkan inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan
orang tua). Personality Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan Gruber,
1993), terdiri atas 280 butir soal yang direvisi menjadi 270 butir soal,
dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang sejajar dengan PIC-R. Kedua alat
ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara khusus
dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.
d.
16 PF (Sixteen Personality
Factor Questionnaire)
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah
memasuki edisi kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF
(sixteen Personality Factor Questionnaire) 16 PF dirancang untuk umur 16
tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam ciri-ciri, seperti :
keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan kesadaran
peraturan.
e.
MCMI (Millon Clinical
Multiaxial Inventory)
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-Million,
Million and Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977. Belakangan
dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya adalah Million Adolescent Clinical
Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993) digunakan untuk anak usia
13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of
Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.
f.
EPPS (Edward Personal
Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray
dan rekan-rekannya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang
akhirnya dibuatlah Edward Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959).
Dimulai dari 15 kebutuhan yang berasal dari daftar Murray. Inventori ini
terdiri atas 210 pasang pernyataan dimana butir soal dari 12 skala lainnya.
EPPS perlu direvisi untuk menghapus kelemahan teknis terkait butir soal dan
interpretasi skornya. Cukup banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada
dasarnya tes ini akan dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja,
aspek sosial, dan aspek emosi.
g.
PRF (Personality Research
Form) (Costa dan McCrae, 1988)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N Jackson terhadap pengembangan tes kepribadian.
Tersedia dalam lima pilihan berbeda, termasuk dua rangkaian form paralel (A,B
dan AA, BB) dari 300 dan 400 butir soal. Teknik analisis lebih canggih
menggunakan komputer terdiri dari 352 butir soal dari butir-butir soal terbaik.
Seperti instrumen kepribadian lainnya PRF mengambil teori kepribadian Murray
sebagai titik tolak.
h.
Jackson’s Basic Personality
Inventory
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF
melalui prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih sempurna
(Jackson, 1976, 1994a) Jackson menggunakan standar ketat yang sama pada
penyusunan Basic Personality Inventory (BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah tampak
menjanjikan untuk digunakan secara klinis pada bidang kenakalan remaja.
i.
TAT (Thematic Apperception Test)
Pertamakali dikembangkan oleh Henry
Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et al., 1938).
Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam
warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita
sesuai dengan tiap gambar, menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa
sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu
itu, kemudian membuat cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas,
otoritas dsb.(D.T. Campbell, 1950; R Harrison, 1965). Dalam
perkembangannya tes yang lebih baru dikembangkan, Apperception Tes for
Children (RATC) oleh (Mc Arthur dan Roberts, 1982), masih dalam bentuk
kartu gambar. RATC menyediakan 16 kartu stimulus. Adapun salah satu Instrumen yang
dipergunakan untuk mengungkap
kepribadian individu siswa adalah sebuah inventoris kepribadian yang disebut dengan “ Study of
Values”.
Adapun edisi “
Study of Values” yang pertama diterbitkan pada tahun 1931, studi yang
selanjutnya diadakan oleh Gordon W. Allport, Philip E. Vernon dan Gardner Lindzey
yang menghasilkan edisi yang kedua pada
tahun 1951, selanjutnya edisi ketiga dikerjakan oleh pengarang yang sama dan diterbitkan pada tahun Inventoris
kepribadian study of svalues ini aslinya adalah
berbahasa inggris, kemudian penyusun mengadaptasinya dalam bahasa
indonesia yang sudah tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.Perangkat
inventoris kepribadian ini terdiri dari
buku tes ( Booklet) study of Values dan manualnya (buku pegangan tes).
Study of values
bertujuan untuk mengungkap enam dasar minat dan motif dalam kepribadian
yang relatif menonjol. Tes ini berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan, didasarkan kepada situasi yang
lazim yang ditetapkan terdiri dari dua
alternatif jawaban pada bagian pertama dan empat alternatif jawaban pada
bagian kedua, semuanya ada 120 jawaban, 20 jawaban yang masing-masing mengarah
pada enam nilai-nilai. Subjek mencatat angka pilihannya di sebelah alternatif jawaban masing-masing skors pada masing-masing halaman kemudian
dijumlahkan dan seterusnya dijumlahkan secara keseluruhan ( total ) dimasukan
dalam lembaran skors.
Instrumen ini
mengandung enam nilai masing-masing
manusia, yaitu: (1) Ilmu Pengetahuan ( teoritis), (2) Ekonomi, (3) Estestika, (4)
Kenegaraan ( politis), (5) Sosial, dan (6) Religius.
1) Ilmu
pengetahuan atau teoritis : minat
terutama dari kelompok ini adalah
penemuan kebenaran. Pendekatan manusia tipe ini bersifat empiris, kritis rasional.
2) Ekonomi
: manusia ekonomis yaitu mereka yang
beminat terhadap nilai praktis dan
berguna.
3) Estestis:
manusia estetis menganggap bentuk dan
harmonis nilai sebagai yang
tertinggi di dalam hidupnya. Hidup
baginya adalah suatu rangkaian kejadian. Kebenaran adalah keindahan. Tiap pengalaman
hanyalah dinilai dari sudut
keserasian atau keharmonisan. Ia
memandang kehidupan ini sebagai suatu rentetan
Pristiwa atau kejadian yang masing-masing dinikmati utuk kepntingan sendiri.
4) Sosial:
nilai yangtertinggi bagi tipe ini adalah cinta kasih antra sesama umat manusia.
mereka mau mengorbankan diri dan harta
benda demi kemanusiaan, dia hidup siap
untuk orang lain.
5) Kenegaraan
atau politik: manusia kenegaraan atau kuasa teutama tertarik sekali dengan keuasaan.
Aktivitas-aktivitasnya tidak terbatas dalam bidang politik, tetapi dalam
lapangan pekerjaan apapun.
6) Religius:
nilai yang tertinggi bagi manusia religius dapat disebut sebagai suatu
unity; manusia religius adalah orang
yang berusaha memahami kehiduan yang diarahakan kepada keseluruhan keberadaan segala sesuatu yang ada dialam.
Lain lagi Howard
(2006: 27) melelompokkan pengukuran kepribadiaan sebagai berikut:
a) Tes
laporan diri
Tes-tes
kepribadian yang paling umum biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta
tes. Peserta tes harus memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item
pernyataan yang sesuai dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya,
item-item yang terpilih dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya
kelompok individu normal dan kelompok individu yang depresi. Tes semacam ini
sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya
harus sering dievaluasi dengan hati-hati. Keunggulan Tes ini adalah
terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan
baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui,
tergantung pada pengetahuan diri. Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality
Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial
Inventory.
b) Tes
Q-sort
Dalam
Q-Sort, seseorang dihadapkan pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama
karakteristik dan diminta untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam
tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai
contoh, “paling tidak sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”.
Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang
sama dapat digunakan untuk menilai aspek yang berbeda; namun keterbatasannya
sama dengan Tes Laporan Diri. Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep diri, harga
diri, keluarga, terapi, generativitas.
c) Penilaian
orang lain
Penilaian
orang lain yang biasa disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman
adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi
individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya).
Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan
kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya. Keunggulan penilian ini
adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri
individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan
untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini
tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
d) Pengukuran
biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz
Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan
bentuk dan tonjolan tengkorak. Praktek ini dikenal sebagai frenologi
(DeGiustino, 1975). Idenya adalah bahwa karakteristik psikologis yang
berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan kemampuan yang
berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi tengkorak. Asesmen
kepribadian modern yang bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem
saraf (termasuk jaringan neuron otak) adalah kuncinya.
Oleh
karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur perilaku-perilaku yang terkait
dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah usaha-usaha masa kini yang lebih
berfokus pada sistem saraf dengan cara mengamati otak dengan menggunakan citra
PET (positron emission tomography).
Keunggulan dari pengukuran ini dapat mengungkap reaksi individu tanpa
mengandalkan laporan diri atau penilaian analisis; namun bisa menjadi sulit
atau mahal untuk digunakan hubungan antara hasil biologis dan pola perilaku
yang kompleks/tidak sederhana. Contoh pengukuran biologis: waktu reaksi, kelembaban
kulit, pencitraan positron emission topography (PET).
e) Observasi
perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad ke-19,
memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk teknik
observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton mengumpulkan
semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai reaksi
mereka dalam situasi yang terkontrol. Penggunaan observasi perilaku
mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan
perilaku di masa depan. Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap
apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai
kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.
f) Analisis
dokumen dan riwayat hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui
bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber informasi
yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan catatan
harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan kepribadian
(karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan berpendapat
bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik mengenai nilai
sebuah teori kepribadian. Keunggulan menganalisis dokumen adalah dapat digunakan
untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama, detail, dan
objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal; namun hanya
menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak tersedia
dalam peristiwa penting.
g) Tes
proyektif
Tes proyektif adalah teknik asesmen yang
berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau
situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang
untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan.
Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi
kalimat, dan melakukan asosiasi kata.
Keunggulannya
dapat menggali lebih dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap
dalam laporan diri, dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut;
namun sering memiliki masalah reliabilitas dan validitas. Contoh dari tes
proyektif ini adalah: Draw-A-Person,
Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).
h) Demografi
dan gaya hidup
Demografi adalah semua informasi data
statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir,
agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan
informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara
kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki
kepribadian yang sangat berbeda. Keunggulan menggunakan demografi adalah dapat
menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada
dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.
G. Kegunaan
Tes Kepribadian
Anne &
Susana (2007: 285) tes kepribadian digunakan sebagai instrumen penyaring
kelompok, kebanyakan terutama diterapkan dalam lingkungan klinis dan konseling.
Dalam keadaan yang berkembang dewasa ini, tes kepribadiaan dipandang sebagai
bantuan dalam penafsiran individu atau sebagai instrumen riset. Kemudian, tes
kepribadian bisa juga digunakan oleh perusahaan dalam seleksi calon pegawai.
Sehingga dengan tes kepribadian ini dapat diketahui bagaimana kepribadian
seseorang apakah sesuai dengan kriteria yang ingin dicari oleh perusahaan
tersebut.
KEPUSTAKAAN
A.
Muri Yusuf. 2005. Evaluasi
Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang.
Alex
Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
Anne Anastasi & Susana Urbina. 2007.
Psychological Testing. Alih
bahasa oleh Robertus Hariono dan Imam,
MA. Jakarta: PT Indeks.
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Alih
Bahasa: Yustinus.
Howard S. Friedman & Mariam W. Schustag. 2006. Kepribadiaan. Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Fransiska Dian
Ikarini,dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar