Sabtu, 07 April 2018

TES KEPRIBADIAN


PENGUKURAN DAN PENILAIAN DALAM BK
TUGAS 7
“Tes Kepribadian”


Dosen Pembina:
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd.
Dr. Riska Ahmad, M.Pd., Kons.




Oleh,
Wiwi Delfita
NIM. 17151049/2017




PROGRAM STUDI S2  BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017


TES KEPRIBADIAN
A.    Pengertian kepribadian
1.      Dalam Calvin & Gardener  (1993: 66) dijelaskan bahwa kepribadian bahasa inggrisnya “personality” berasal dari bahasa yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut.
2.      A.Muri Yusuf (2005: 32) mengartikan kepribadian  sebagai ciri-ciri khas seseorang yang menampakkan bentuknya dalam tingkah lakunya dan yang membedakan dirinya dari orang lain.
3.      Allport (dalam Alex Sobur, 2003: 300) mengemukakan kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
4.      Ross Stagner (dalam Calvin & Gardener, 1993: 66) mengartikan kepribadian dalam dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask  Personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
5.      Cattel (dalam Alex Sobur, 2003: 300) juga mengemukakan tentang kepribadian yaitu:
a.       Seperangkat kecenderungan kecondongan internal yang terorganisasi untuk berperilaku dengan cara tertentu,
b.      Keberadaan tersendiri yang disimpulkan dari perilaku, bukan yang langsung diamati;
c.       Agak stabil dan konsisten dalam perjalanan waktu dan dipicu oleh rangsangan yang fungsinya sepadan;
d.      Kekuatan yang menjadi penengah diantara penghargaan seseorang kepada dunia dan kegiatan dalam suatu situasi; dan
e.       Membantu individu dalam menyaring realitas, mengungkapkan perasaan, dan mengidentifikasi diri kepaad orang lain
6.  Alex Sobur (2003: 304) mengartikan kepribadian yaitu sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasikan dan diintegrasikan kepribadian. Atau dengan kata lain, kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku sseorang.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian mengandung beberapa arti, yaitu kepribadian lebih menekankan kepada perbedaan yang dimiliki oleh individu/keunikan atau kekhasan yang dimiliki oleh individu yang dapat menjadi pembeda antara individu yang satu dengan yang lainnya dan sebagai penentu atau pengarah tingkah laku seseorang.

B. Teori tentang kepribadian
Suatu teori kepribadiaan terdiri dari sekumpulan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta aturan-aturan untuk menghubungkan asumsi-asumsi dan definisi-definisi supaya menjadi jelas interaksinya dengan peristiwa-peristiwa yang bisa diamati. Teori-teori kepribadiaan adalah teori-teori umum tentang tingkah laku. Berikut beberapa teori tentang kepribadiaan (Alex Sobur, 2003: 304-311):
1.      Teori kepribadian psikoanalisis
Dalam teori psikoanalisis Freud, kepribadian dipengaruhi oleh tiga sistem kepribadian yang dapat menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instrinsik individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego dan superego. Yang mana, ketiga sistem tersebut bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia. Adapun kerja dari masing-masing sistem tersebut adalah:
a.       Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis,
b.      Ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat.
c.       Superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu.
Jadi, dalam teori psikoanalisis Freud ini, ego harus mengahadapi konflik antara id (yang berisis naluru seksual dan agresif yang selalu minta dilasurkan dan superego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya, ego harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tersebut.
Kemudian, teori Freud mengenai dinamika kepribadian menyatakan bahwa terdapat sejumlah energi psikis (libido) yang konstan untuk setiap individu. Jika dorongan atau tindakan yang terlarang disupresi, energinya akan mencari penyaluran lain, seperti mimpi atau gejolak neurotik. Teori ini berpendapat bahwa dorongan Id yang tidak dapat ditterima dapat menimbulkan kecemasan, yang bisa diturunkan oleh mekanisme pertahanan. Setelah itu, teori Freud mengenai perkembangan kepribadian menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual (seperti oral, anal dan falik) dan harus memecahkan konflik oedipal, saat anak kecil memandang orang tua berjenis kelamin sama sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua berjenis kelamin lain.
2.      Teori-teori Sifat
Teori-teori sifat (Allport) dikenal sebagai teori tipe yang menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat0sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. Kemudian, Allport juga menekankan bahwa keunikan seseorang hanya satu-satunya yang dimiliki orang tersebut.
Dalam pandangannya (Allport) menekankan bahwa kepribadian pada prinsipnya kepribadian pada prinsipnya mengandung karakteristik atau keunikan perilaku dan pemikiran seseorang. Allpor menunjukkan bahwa semua sifat kita adalah unik. Sifat adalah sesuatu yang sesungguhnya eksis, namun tidak terlihat. Meskipun tidak terlihat, kita bisa merasakan kehadirannya dengan mengamati konsistensi dari perilaku seseorang.
Allport juga membedakan antara sifat umum dan kecenderungan pribadi. Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lain. Sedangkan kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik dari sifat-sifat yang ada dalam diri individu.  Selanjutnya, Allport membagi sejumlah perbedaan diantara berbagai jenis sifat, yaitu:
a.        Sifat-sifat kardinal (cardinal traits).
Sifat-sifat ini merupakan karakteristik yang meresap dan dominan dalam kehidupan seseorang, dan  isa dikatakan sebagai motif utama, sifat utama. Umpanya, kebutuhan orang untuk berkuasa. Orang yang demikian tidak hanya mencoba mendominasi istrinya, namun juga ingin memenangkan pertandingan tenis meja dengan anaknya. Ini terkumpul dalam semua perilakunya.
b.        Sifat-sifat sentarl (central traits)
Sifat-sifat ini merupakan karakteristik yang kurang mengontrol atau memotivasi perilaku individu, namun tidak kalah penting. Meskipun mengontrol perilaku dalam berbagai situasi, sifat ini tidak mendorong atau menekan dengan kuat seperti sifat-sifat kardinal.
c.         Sifat-sifat sekunder (secondary traits)
Sifat-sifat ini merupakan karakteristik periferal dalam individu. Sifat ini tampaknya berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi kepribadian, dan lebih terpusat (khusus) pada respon yang didasarinya serta perangsang-perangsang yang disukainya. Umpanya seseorang yang ingin berlibur, berekreasi dan sebagainya.
3.      Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut teori kepribadian behaviorisme yang dipelopori oleh skinner, kepribadian adalah pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya. Menurut teori ini, kepribadian seseorang terbentuk melalui belajar. Sehingga kepribadian seseorang terbentuk oelh faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula padacindividu tersebut.
4.      Teori psikologi koginitif
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur fisik dan psikis tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk ke dalam kognisi manusia. Bahkan dalam teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor dari luar diri dimasukkan dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.

C.    Proses Perkembangan Kepribadian
Di dalam buku Alex Sobur (2003: 312) dijelaskan bahwa bahwa pada hakikatnya kepribadian dapat dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik, motorik, mental, soail, moral, tetapi melebih penjumlahan semua aspek perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Kepribadian seseorang terbentuk melalui proses interaksi dalam dirinya sendiri, dengan pengaruh-pengaruh lingkungan dari luar.
Menurut Muray (dalam Alex Sobur, 2003: 313) bahwa faktor-faktor genetika dan pematangan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian. Sedangkan Hall dan Linzdey mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang mempengaruhi perkembangan kepribadian yaitu, dimensi vertikal (orang berkembang dari posisi tengah pada sakal ke arah luar dan juga ke dalam) ia mengembangkan mengembangkan kebutuhan yang lebih dalam dan lebih menyeluruh serta pola tingkah laku yang lebih terinci untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua yaitu dimensi progresif, (perkembangan berarti meningkatkan efisiensi dan produktivitas), dan ketiga yaitu dimensi tranvers (pertumbuhan mengakibatkan koordinasi yang lebih baik dan keluwesan bertingkah laku yang lebih besar. Perkembangan yang harmonis pada ketiga dimensi tersebut akan memperkaya dan memperluas kepribadian.
Selanjutnya, teori psikoanalisis mengenai perkembanga  kepribadian berlandaskan dua premis, yaitu:
1.      Premis bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal.
2.      Energi seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses naluriah organisme.
Sedangkan freud berpendapat bahwa pada manusia terdapat empat tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan pembentukan kepribadian, dan masing-masing fase berkaitan dengan daerah erogen tertentu yang peka dan bisa mendatangkan kenikamatan seksual apabila dikenai rangkasangan. Daerah-daerah tersebut adalah daerah oral, anal, dan alat kelamin. Dan pengalaman individu pada masing-masing fase meninggalkan sejumlah bekas yang permanen, berupa sika, sifat dan nilai yang khas.

D.   Tipe-tipe Kepribadian
Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Penelitian mengenai kepribadian manusia sudah dilakukan para ahli sejak dulu kala. Hippocrates dan Galenus (dalam Alex Sobur, 2003: 314) mengemukakan bahwa manusia dibagi menajdi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya, yaitu:
1.      Melancholicus (melankolis) yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang yang tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan selalu menaruh rasa curiga.
2.      Sanguinicus (sanguinis), yankni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang yang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira,dan bersikap optimistis.
3.      Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang yang tipe ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenag, pendiriannya tidak mudah berubah.
4.      Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang yang tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
Kemudian, Jung (dalam Alex Sobur, 2003: 316) membagi tipe kepribadian menjadi dua golongan besar yaitu:
1.        Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan masyarakat. Orang yang memiliki tipe ini, mempunyai sifat berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan beasr sekali, mudah mempengaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungan.
2.        Tipe introvert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Orang yang memiliki tipe ini bersifat kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, sukar menyendiri, bahkan sering takut kepada orang.
Kemudian, Gerart Heymans (dalam Alex Sobur, 2003: 317) membagi tipe kepribadian manusia berdasarkan kuat lemahnya unsur emosional, aktivitas dan sekunder-fungsi dari setiap orang, yang dibagi menjadi tujuah tipe yaitu.
1.      Orang hebat: orang yang aktif dan emosionalnya serta fungsi sekundernya kuat. Orang ini mempunyai ciri seperti bersikap keras, emosional, gila kuasa, egois, suka mengecam, memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, dan suka menolong orang yang lemah.
2.      Orang garang: orang yang aktif dan emosional, tetapi fungsi sekundernya lemah. Orang ini lincah, rajin bekerja, periang, pemberani, optimis, suka pada hal-hal yang faktual, suka kemewahan, pemboros dan sering bertindak ceroboh tanpa pikir panjang.
3.      Orang perayu: orang yang tidak aktif, emosianl dan fungsi sekundernya kuat. Orang ini suka bersikap emosional, sering impulsif, pintar berbicara sehingga mudah mempengaruhi orang lain, senang terhadap kehidupan alam, dan menjauhkan diri dari kebisingan dan keramaian.
4.      Orang penggugup: orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya lemah tetapi emosionalnya kuat. Orang tipe ini sifatnya emosional (mudah naik darah, tetapi cepat menjadi dingin), suka memprotes/mengecam orang lain, tidak sabar, tidak mau berpikir panjang, agresif, tetapi tidak pendendam.
5.      Orang tenang: orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya kuat. Orang tipe ini selalu bersikap tenang, sabar, tekun bekerja secara teratur, tidak lekas putus asa, berbicara singkat, tetapi mantap. Mereka berpandangan luas, berbakat matematika, senang membaca dan memiliki ingatan yang baik. Orang tipe ini rajin dan cekatan serta mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan banyak bantuan orang lain.
6.      Orang kenak-kanakan: orang yang tidak aktif, tidak emosional tetapi fungsi sekundernya kuat. Oarng ini antara lain, sukar mengambil keputusan, kurang berani/ragu-ragu bertindak, pemurung, pendiam, suka menyendiri, berpegang teguh pada pendiriannya, pendendam, tidak gila hormat dan kuasa, dan dalam bidang politik selalu berpandangan konservatif.
7.      Orang tak berbentuk: orang yang tidak aktif, tidak emosional dan fungsi sekundernya lemah. Sifat tipe orang ini, antara lain intelektualnya kurang, picik, tidak praktis, selalu membeo, canggung, dan ingatannya buruk. Mereka termasuk orang yang perisau, peminum, pemboros, dan cenderung membiarkan dirinya dibimbing dan dikuasai orang lain.

E.  Pengertian Tes Kepribadiaan
Menurut Brown (dalam A.Muri Yusuf, 2005: 109): “a test as a systematic prosedure for measuring a sample of behavior”. Tes merupakan suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang. Cronbach  (dalam A.Muri Yusuf, 2005: 109) mengemukakan bahwa : “a test is a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with aid of numerical scale  or category system.” Sedangkan Friedenberg  (dalam A.Muri Yusuf, 2005: 109) menyatakan : “a test is a type of assesment that uses specific procedures to obtain information and convert that information to numbers or scores.”
Jadi esensi dari tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang. Tiap-tiap aspek dalam tingkah laku yang akan di ukur sangat luas, sedangkan tes terbatas pada butir-butir yang dapat dirakit. Oleh karena itu tes yang disusun hendaklah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Seorang pembuat tes (test-maker) harus menyusun “blue print” setepat mungkin, yang dapat mewakili semua aspek yang akan diukur, sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. (A. Muri Yusuf, 2005 : 109).
Selanjutnya berkaitan dengan tes kepribadiaan, Anne & Susana   (2007: 284) tes kepribadiaan adalah instrumen untuk mengukur ciri-ciri emosi, motivasi, antarpribadi, dan sikap yang dibedakan dari kemampuan.
F. Jenis-jenis Tes Kepribadiaan
Dalam Anne & Susana (2007: 288) terdapat 2 jenis tes kepribadiaan yang begitu ditonjolkannya, yaitu:
1.      Minnesota Multiphasic Personality Inventories (MMPI)
MMPI  telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-2 (Butcher, Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-Adolescent (MMPI-A – Buchler et al., 1992). Pada tahun  1960-an, MMPI dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan sesering atau lebih, pada subjek-subjek yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis, militer, dan forensik seperti pasien psikiatris. Instrumen yang sudah tidak tepat lagi karena norma-norma yang berdasar sempit dan kadaluwarsa dari tes perlu diperbaharui dan direstandardisasi demi kesinambungan MMPI.
Minnesota Multiphasis Personality Inventory-2. Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”, 370 butir soal pertama, pada dasarnya sama dengan butir-butir soal pada MMPI kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala “klinis” yang asli dan tiga skala “validitas”, 197  butir soal tersisa (107 di antaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi dan dipertahankan , serta skala dan sub skala suplementer yang membangun inventori secara lengkap. Dahsltrom (1993) telah mempersiapkan suplemen manual yang menyediakan semua informasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal asli.
Minnesota Multiphasic Personality Inventory-Adolescent     (MMPI-A) adalah bentuk baru yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja.  MMPI-A memuat hampir semua segi MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar namun dilakukan pengurangan panjang keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkan butir-butir soal yang relevan dengan remaja, seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya persyaratan norma kecocokan usia. Dalam perkembangannya maju sejalan dengan MMPI-2 dan MMPI-A, sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes lainnya, komputerisasi prosedur untuk administrasi, penentuan skor dan interpretasi inventori serta pengembangan penerjemahan instrumen ke dalam berbagai bahasa.
2.      California Psychological Inventory (CPI)
CPI dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa. Dalam revisi terakhir CPI terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab “Benar” atau “Salah” dan menghasilkan skor pada 20 skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada awal diterbitkan tahun 1956. Pada awalnya terdiri dari 480 butir soal, diturunkan menjadi 462 butir soal dan terakhir 434 butir soal.
Sementara dalam referensi pada umumnya membagi tes kepribadiaan menjadi beberapa jenis seperti berikut ini:
a.       MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories)
b.      CPI (California Psychological Inventory)
c.       PIC (Personality Inventory for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan penggunaan klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun. PIC awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga skala validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi menjadi PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi 420. PIC-R bukanlah laporan inventori diri melainkan inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan orang tua).  Personality Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir soal yang direvisi menjadi 270 butir soal, dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang sejajar dengan PIC-R. Kedua alat ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.
d.      16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah memasuki edisi kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire) 16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam ciri-ciri, seperti : keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan kesadaran peraturan.
e.       MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-Million, Million and Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977. Belakangan dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya adalah Million Adolescent Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993) digunakan untuk anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.

f.       EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray dan rekan-rekannya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang akhirnya dibuatlah Edward Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959). Dimulai dari 15 kebutuhan yang berasal dari daftar Murray. Inventori ini terdiri atas 210 pasang pernyataan dimana butir soal dari 12 skala lainnya. EPPS perlu direvisi untuk menghapus kelemahan teknis terkait butir soal dan interpretasi skornya. Cukup banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini akan dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek sosial, dan aspek emosi.
g.      PRF (Personality Research Form) (Costa dan McCrae, 1988)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N Jackson terhadap pengembangan tes kepribadian. Tersedia dalam lima pilihan berbeda, termasuk dua rangkaian form paralel (A,B dan AA, BB) dari 300 dan 400 butir soal. Teknik analisis lebih canggih menggunakan komputer terdiri dari 352 butir soal dari butir-butir soal terbaik. Seperti instrumen kepribadian lainnya PRF mengambil teori kepribadian Murray sebagai titik tolak.
h.      Jackson’s Basic Personality Inventory
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF melalui prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih sempurna (Jackson, 1976, 1994a) Jackson menggunakan standar ketat yang sama pada penyusunan Basic Personality Inventory (BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah tampak menjanjikan untuk digunakan secara klinis pada bidang kenakalan remaja.
i.        TAT (Thematic Apperception Test)
Pertamakali  dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et al., 1938). Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita sesuai dengan tiap gambar, menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu itu, kemudian membuat cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas dsb.(D.T. Campbell, 1950; R Harrison, 1965).  Dalam perkembangannya tes yang lebih baru dikembangkan, Apperception Tes for Children (RATC) oleh (Mc Arthur dan Roberts, 1982), masih dalam bentuk kartu gambar. RATC menyediakan 16 kartu stimulus. Adapun  salah satu Instrumen yang dipergunakan  untuk mengungkap kepribadian individu siswa adalah sebuah inventoris  kepribadian yang disebut dengan “ Study of Values”.
Adapun edisi “ Study of Values”  yang pertama  diterbitkan pada tahun 1931, studi yang selanjutnya  diadakan oleh Gordon  W. Allport, Philip E. Vernon dan Gardner  Lindzey  yang menghasilkan edisi yang kedua pada  tahun 1951, selanjutnya edisi ketiga dikerjakan oleh pengarang yang sama  dan diterbitkan pada tahun Inventoris kepribadian study of svalues ini aslinya adalah  berbahasa inggris, kemudian penyusun mengadaptasinya dalam bahasa indonesia yang sudah tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.Perangkat inventoris kepribadian ini terdiri dari  buku tes ( Booklet) study of Values dan manualnya (buku pegangan tes).
Study of values  bertujuan untuk mengungkap enam dasar minat dan motif dalam kepribadian yang relatif menonjol. Tes ini berisi sejumlah  pertanyaan  atau  pernyataan, didasarkan kepada situasi yang lazim  yang ditetapkan terdiri dari dua alternatif  jawaban pada bagian  pertama dan empat alternatif jawaban pada bagian kedua, semuanya ada 120 jawaban, 20 jawaban yang masing-masing mengarah pada enam nilai-nilai. Subjek mencatat angka pilihannya  di sebelah alternatif  jawaban masing-masing skors  pada masing-masing halaman kemudian dijumlahkan dan seterusnya dijumlahkan secara keseluruhan ( total ) dimasukan dalam lembaran skors.
Instrumen  ini mengandung enam nilai  masing-masing manusia,  yaitu: (1) Ilmu Pengetahuan  ( teoritis), (2) Ekonomi, (3) Estestika, (4) Kenegaraan ( politis), (5) Sosial, dan (6) Religius.
1)   Ilmu pengetahuan  atau teoritis : minat terutama  dari kelompok ini adalah penemuan kebenaran. Pendekatan manusia tipe ini bersifat empiris,  kritis rasional.
2)   Ekonomi : manusia ekonomis yaitu  mereka yang beminat  terhadap nilai praktis dan berguna.
3)   Estestis: manusia estetis menganggap bentuk  dan harmonis  nilai sebagai yang tertinggi  di dalam hidupnya. Hidup baginya adalah  suatu rangkaian  kejadian. Kebenaran adalah  keindahan. Tiap  pengalaman  hanyalah dinilai  dari sudut keserasian  atau keharmonisan. Ia memandang kehidupan ini sebagai suatu rentetan  Pristiwa  atau kejadian  yang masing-masing  dinikmati utuk kepntingan sendiri. 
4)   Sosial: nilai yangtertinggi bagi tipe ini adalah cinta kasih antra sesama umat manusia. mereka mau mengorbankan diri  dan harta benda demi kemanusiaan,  dia hidup siap untuk orang lain.
5)   Kenegaraan atau politik: manusia kenegaraan atau kuasa teutama tertarik  sekali dengan keuasaan. Aktivitas-aktivitasnya tidak terbatas dalam bidang politik, tetapi dalam lapangan pekerjaan apapun.
6)   Religius: nilai yang tertinggi bagi manusia religius dapat disebut sebagai suatu unity;   manusia religius adalah orang yang berusaha memahami kehiduan yang diarahakan kepada keseluruhan  keberadaan segala sesuatu yang ada dialam.

 Lain lagi Howard (2006: 27) melelompokkan pengukuran kepribadiaan sebagai berikut:
a)      Tes laporan diri
Tes-tes kepribadian yang paling umum biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan kelompok individu yang depresi. Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi dengan hati-hati. Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada pengetahuan diri. Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
b)      Tes Q-sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”. Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai aspek yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri. Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.
c)      Penilaian orang lain
Penilaian orang lain yang biasa disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya. Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
d)     Pengukuran biologis
 Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan bentuk dan tonjolan tengkorak. Praktek ini dikenal sebagai frenologi (DeGiustino, 1975). Idenya adalah bahwa karakteristik psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi tengkorak. Asesmen kepribadian modern yang bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan neuron otak) adalah kuncinya.
Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography). Keunggulan dari pengukuran ini dapat mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana. Contoh pengukuran biologis: waktu reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).
e)      Observasi perilaku
 Francis Galton, ilmuwan Inggris abad ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol. Penggunaan observasi perilaku mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan perilaku di masa depan. Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.
f)       Analisis dokumen dan riwayat hidup
 Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik mengenai nilai sebuah teori kepribadian. Keunggulan menganalisis dokumen adalah dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama, detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal; namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak tersedia dalam peristiwa penting.
g)      Tes proyektif
 Tes proyektif adalah teknik asesmen yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan. Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kalimat, dan melakukan asosiasi kata.
Keunggulannya dapat menggali lebih dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri, dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering memiliki masalah reliabilitas dan validitas. Contoh dari tes proyektif ini adalah: Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).
h)      Demografi dan gaya hidup
 Demografi adalah semua informasi data statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir, agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Keunggulan menggunakan demografi adalah dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.

G.   Kegunaan Tes Kepribadian
Anne & Susana (2007: 285) tes kepribadian digunakan sebagai instrumen penyaring kelompok, kebanyakan terutama diterapkan dalam lingkungan klinis dan konseling. Dalam keadaan yang berkembang dewasa ini, tes kepribadiaan dipandang sebagai bantuan dalam penafsiran individu atau sebagai instrumen riset. Kemudian, tes kepribadian bisa juga digunakan oleh perusahaan dalam seleksi calon pegawai. Sehingga dengan tes kepribadian ini dapat diketahui bagaimana kepribadian seseorang apakah sesuai dengan kriteria yang ingin dicari oleh perusahaan tersebut.

KEPUSTAKAAN

A.      Muri Yusuf. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang.
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Anne Anastasi & Susana Urbina. 2007.  Psychological Testing. Alih bahasa oleh Robertus Hariono dan  Imam, MA. Jakarta: PT Indeks.
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Alih Bahasa: Yustinus.
Howard S. Friedman & Mariam W. Schustag. 2006. Kepribadiaan. Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Fransiska Dian Ikarini,dkk. 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar