POPULASI DAN
SAMPEL; MENENTUKAN BESARNYA SAMPEL;
MENENTUKAN CARA
PENARIKAN SAMPEL
A.
Populasi
dan Sampel
Menurut John W.
Creswell (2012: 1289) populasi adalah sekelompok individu yang memiliki
ciri-ciri khusus yang sama. Contohnya seluruh guru merupakan populasi guru,
seluruh siswa merupakan populasi siswa. Ditinjau dari referensi yang berbeda,
A.Muri Yusuf (2013: 143) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan atribut;
dapat berupa manusia, objek atau kejadian yang menjadi fokus penelitian.
Berikut beberapa karakteristik
populasi:
1. Merupakan
keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang akan diinginkan
2. Dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda atau objek maupun
kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu daerah/area tertentu yang telah
ditetapkan
3. Merupakan
batas-batas yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang memungkinkan peneliti
menarik kesimpulan dari keadaan itu
4. Memberikan
pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
Sampel adalah
keseluruhan dari partisipan yang akan diteliti. Sedangkan sampel menurut John
W. Creswell (2012: 1298) adalah sub kelompok dari sebagian populasi target yang
direncanakan untuk diteliti oleh peneliti dengan maksud membuat generalisasi
tentang populasi target. Dapat dipahami bahwa, sampel adalah perwakilan dari
populasi yang akan menjadi objek penelitian. Menurut A.Muri Yusuf (2013: 143)
sampel adalah sebagian dari objek, manusia atau kejadian yang mewakili
populasi. Perhatikan gambar berikut:
|
Berikut beberapa ciri-ciri sampel
yang baik:
1. Sampel
dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara tertentu dengan benar
2. Sampel
harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan mewakili keseluruhan
karakteristik yang terdapat pada populasi
3. Besarnya
ukuran sampel hendaklah mempertimbangkan tingkat kesalahan sampel yang dapat
ditolerir dan tingkat kepercayaan yang dapat diterima secara statistik.
B.
Menentukan
Besarnya Sampel
Dalam hal
menentukan ukuran/jumlah sampel akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
1. Derajat
keseragaman dari populasi
Makin seragam
populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam
sempurna (completely homogenous),
maka satu satuan elementer saja dari seluruh ppulasi itu sudah cukup
refresentatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna
tidak seragam (completely heterogenous),
maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang refresentatif.
2. Presisi
yang dikehendaki dari penelitian
Makin tinggi
tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar ukuran sampel yang harus diambil,
dan sebaliknya semakin rendah tingkat presisi yang dikehendaki maka semakin
kecil ukuran sampel yang diperlukan. Jadi sampel yang besar cenderung
memberikan pendugaan yang lebih mendekati nilai sesungguhnya (true value). Semakin besar ukuran
sampel maka semakin kecil tingkat kesalahan yang terjadi
3. Rencana
analisa
Ada kalanya
besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi
kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa maka jumlah sampel tersebut menjadi
kurang mencukupi. Misalnya peneliti ingin menghubungkan tingkat pendidikan
responden dengan pemakaian alat kontrasepsi. Bila tingkat pendidikan responden
dibagi / dirinci menjadi : tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat
SMP, tamat SMA. Dan seterusnya, mungkin tidak cukup dengan mengambil 100
responden karena akan terdapat sel – sel dalam tabel yang kosong. Begitu juga
untuk analisa yang menggunakan metode statistik yang rumit
4. Tenaga
, biaya dan waktu
Apabila
diinginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi apabila
dana, tenaga dan waktu terbatas maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel
yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun. Walaupun besarnya sampel
didasarkan atas keempat pertimbangan di atas namun seorang peneliti harus dapat
memperkirakan besarnya sampel yang diambil sehingga presisinya dianggap cukup
untuk menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah
yang menentukan tingkat presisi yang dikehendaki, dan selanjutnya berdasarkan
presisi tersebut dapat menentukan besarnya sampel
Berikut ini rumus-rumus yang dapat digunakan dalam
menentukan banyak/ besarnya sampel:
Rumus
Slovin

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan 1%, 5%,
10%
Rumus Issac dan Michael

Keterangan
s = Jumlah sample
N = Jumlah populasi

d = 0,05
P = Q = 0,5
Rumus Sampling Fraction
Per Cluster

Kemudian didapat besarna
sample per cluster
ni = fi x n
ni = fi x n
Keterangan:
fi = sampling fraction cluster
Ni = banyaknya individu yang ada dalam cluster
N = banyaknya populasi seluruhnya
n = banyaknya anggota yang dimasukkan sampel
ni = banyaknya anggota yang dimasukkan menjadi sub sampel
C. Menentukan Cara Penarikan Sampel
Teknik sampling adalah
teknik pengambilan atau penarikan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Pada dasarnya teknik sampling dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Probability sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Taknik ini meliputi:
a.
Simple random sampling
è Dikatakan simple (sederhana)
karena pegambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogeny.
b.
Proportional stratified random sampling
è Teknik ini
digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari
latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
c.
Disproportionate stratified random sampling
è Teknik ini
digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional.
d.
Cluster sampling (area sampling)
è Teknik ini
digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang diteliti atau sumber data
sangat luas, missal penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sasmpelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
2.
Non-probability sampling
Nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik swampling meliputi:
a.
Sampling sistematis
è Sampling sistematis
adalah teknik pengambilan sampeln berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang berjumlah 100 orang,
dari semua anggota tersebut diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel
bisa diambil dar nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tetentu.
b.
Sampling kuota
è Sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c.
Sampling insidental
è Sampling insidental
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang cocok sebasgai sumber data.
d.
Sampling purposive
è Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan.
e.
Sampling jenuh
è Sampling jenuh adalah
teknik peentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering digunakan bila populasi relatif kecil., kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang akn membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lainnya adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f.
Snowball sampling
è Snowball
sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar, ibarat bola salju yang menggelinding yang
lama kelamaan menjadi besar. Misalnya dalam penelitian pertama dipilih satu
atau dua orang sebagai sampel, akan tetapi karena dari dua orang ini data yang
diperoleh belum merasa lengkap, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang
lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan orang-orang sebelumnya.
KEPUSTAKAAN
A.Muri
Yusuf. 2013. Metode Penelitian
(Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan). Padang: Universitas
Negeri Padang Press.
Creswell,
John W. 2012. Education Research Planing,
Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston:
Pearson Education Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar