JENIS
INVENTORI LANJUTAN:
SOSIOMETRI
DAN SKALA
A.
SOSIOMETRI
1.
Pengertian
Sosiometri
Kata sosiometri
berasal dari bahasa latin “Socius”, yang berarti sosial dan “Metrum”, yang
berarti mengukur. Dengan mengartikan kedua kata tersebut tersirat bahwa,
sosiometri merupakan salah satu cara untuk mengukur hubungan sosial antar
individu. Awal mulanya, sosiometri sosiometri dikembangkan oleh Moreno dan
Jenning. Metode ini didasarkan atas pemikiran bahwa kelompok mempunyai struktur
yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Posisi setiap
individu dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat
diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil pengolahan sosiometri akan
diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh oleh setiap orang, pola hubungan,
intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.
Sosiometri
merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan
tingkah laku sosial murid. Sosometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan
data tentang pola dan struktur antara hubungan individu-individu dalam suatu
kelompok (Wayan Nurkancana, 1994: 109). Sosiometri merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada di antara anggota dalam
suatu kelompok, guru dapat menggunakan teknik ini untuk mengetahui struktur
sosial kelas, pemilihan bintang kelas, teman belajar kelompok dan sebagainya
(A. Muri Yusuf, 2011: 119).
Menurut WS.
Winkel (1977:293) sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data
tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai
sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota kelompok
satu sama lain, preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada
bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam melakukan kegiatan tertentu atau
dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-angota kelompok yang lepas
dari kegiatan tertentu. Deasy Riyanti (2007: 10) mengartikan sosiometri sebagai
suatu metode untuk memperoleh data tentang pola dan struktur hubungan sosial
antara individu-individu dalam suatu kelompok berdasarkan preferensi pribadi
antara anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan
untuk berada bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam melakukan kegiatan
tertentu.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sosiometri merupakan salah satu
metode psikologi sosial untuk mengetahui tingkat hubungan sosial antar individu
di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada kriteria tertentu.
2.
Tujuan
Sosiometri
Tujuan dari
sosiometri adalah untuk melihat dan memahami individu, khususnya dalam bidang
sosial, mengetahui status sosial anggota kelompok menurut pandangan
anggota-anggota kelompok yang lain (Deasy Riyanti, 2007: 11). Selanjutnya
Gantina Komalasari, dkk. (2011: 95) mengemukakan bahwa hasil pengolahan
sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh oleh setiap
orang, pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam
kelompoknya.
3.
Kegunaan
Sosiometri
Secara khusus
dalam layanan BK, hasil sosiometri dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk menyelenggarakan jenis layanan tertentu, penetapan peserta layanan,
maupun sebagai layanan itu sendiri (Deasy Riyanti, 2007: 11), yang dapat
dijelaskan seperti berikut.
a. Dasar/bahan
pertimbangan untuk menyelenggarakan jenis layana tertentu
Hal ini dapat
terlihat dari pemilihan materi untuk layanan informasi. Misalnya guru
pembimbing dengan mempertimbangkan hasil sosiometri menganggap perlu memberikan
layanan informasi tentang hubungan sosial.
b. Penetapan
peserta layanan
Hasil sosiometri
dapat digunakan untuk menetapkan peserta layanan. Untuk layanan bimbingan
kelompok, guru pembimbing dapat lebih arif menetapkan komposisi anggota kelompok,
misalnya dengan tidak menggabungkan dalam satu kelompok siswa-siswa yang
“star”, siswa-siswa yang “terisolir” atau siswa-siswa yang tergabung dalam
klik-klik.
c. Isi
layanan
Dalam pelayanan
bimbingan kelompok misalnya, topik tentang hubungan sosial dapat diberikan
sebagai isi kegiatan.
Dalam buku Wayan
Nurkancana (1994: 128) dijelaskan bahwa kegunaan yang paling penting dari
sosiometri dalam garis besarnya adalah sebagai berikut.
a. Untuk
memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di dalam kelasnya.
b. Memperbaiki
penyesuaian hubungan sosial siswa secara individual
c. Mempelajari
akibat-akibat praktik-praktik sekolah terhadap hubungan sosial di kalangan
siswa.
d. Mempelajari
mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam.
e. Menemukan
norma-norma pergaulan antarsiswa yang diinginkan dalam kelompok/kelas
bersangkutan.
4.
Jenis-jenis
Sosiometri
Menurut
A. Muri Yusuf (2011:119) untuk memahami hubungan peserta didik di sekolah ada
beberapa cara yang dapat digunakan dalam menetukan jenis sosiometri, yaitu:
a. Teknik nominasi
Dalam tipe ini kepada setiap individu dalam
kelompok ditanyakan, siapa-siapa teman yang disenangi atau tidak disenangi
untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu. Pada teknik ini peserta didik
memilih nama yang terbatas jumlah dari kelompok mereka umpama tiga nama dari
semua teman-temannya dalam kelas. Pilihan itu harus ditulis berurutan dari
pilihan pertama (paling disenangi), pilihan kedua dan seterusnya. Kemudian
nama-nama tersebut dikumpulkan dan dianalisis. Contoh pertanyaan untuk sosiometri tipe niminatif antara lain adalah
sebagai berikut:
1)
Dengan siapakah Anda
ingin duduk dalam satu bangku ?
2)
Siapakah kawan Anda
yang terbaik ?
3)
Dan sebagainya.
Jawaban-jawaban yang diterima di susun dalam suatu
tabel. Adapun cara penyusunan tabelnya adalah sebagai berikut :
1)
Nama-nama pemilih ditulis di tepi sebelah kiri
berturut-turut dari atas sampai ke bawah.
2)
Nama-nama yang dipilih di tulis di sebelah
atas dari kiri ke kanan.
3)
Siswa dan siswi sebaiknya di susun secara
terpisah untuk memudahkan analisis apakah ada perpecahan antara siswa dan
siswi.
4)
Pilihan pertama kita beri skor 3
5)
Pilihan kedua kita beri skor 2
6)
Pilihan ketiga kita beri skor 1
7)
Kemudian banyaknya pilihan dan banyaknya skor
yang diperoleh dijumlahkan.
Dalam tabel dapat
diketahui dua hal, sebagai berikut:
1)
Dapat diketahui bahwa siswa yang paling luas
hubungan sosialnya, karena mereka mendapat pilihan terbanyak.
2)
Dapat
diketahui intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor pilihan yang
ditujukan kepadanya.
Selanjutnya untuk mencari intensitas hubungan siswa
digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Int = intensitas
S = Skor
P = Pilihan
b. Model skala bertingkat
Dalam teknik ini disediakan sejumlah statement
yang disusun secara bertingkat, yaitu dari statement yang menyatakan hubungan
yang paling dekat, sampai dengan statement yang menyatakan hubungan yang paling
jauh. Dalam setiap statement kepada individu diminta untuk mengisi nama salah
seorang temannya yang hubungannya sesuai dengan yang dinyatakan oleh statement
tersebut. Contoh-contoh pernyataannya adalah sebagai berikut :
1)
Saya sangat senang bersama dan saling membantu dengan .....
2)
Saya
menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan ......
3)
Saya
dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan .....
4)
Saya
tidak begitu akrab dengan .....
5)
Saya
tidak senang dengan ......
Kemudian pilihan pertama diberi skor 2, kedua skor 1, ketiga skor 0,
keempat skor -1, kelima skor -2. Sehingga hasilnya diperoleh gambaran status
hubungan sosial setiap individu. Dari tabulasi arah pilih tersebut di atas
dapat di cari indeks hubungan sosial seseorang dengan menggunakan rumus :
CRS =
Keterangan :
CRS : Status pemilihan dan penolakan (choice and rejection)
∑S : Jumlah skor
N : Jumlah siswa dalam kelas.
c. Model who’s who
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement
tentang sfat-sifat individu. Sebagian dari sifat itu mengungkapkan sifat yang
positif dan sebagian lagi mengungkapkan sifat yang negatif. Kepada
masing-masing anggota kelompok disuruh memilih teman-temannya yang mempunyai sifat
yang cocok dengan yang diungkapkan oleh statement tersebut. Adapun contoh-contoh
statemennya antara lain adalah :
1)
Dalam kelas ini ada teman yang hampir tidak
pernah marah walaupun di ganggu oleh temannya. Teman tersebut adalah....
2)
Dalam kelas ini ada teman yang angkuh, dan
tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain. Ia sering marah-marah kalau
ada orang lain yang menyangkal pendapatnya. Dia / mereka adalah.........
3)
Dalam kelas ini ada teman yang dapat bekerja
sama denganbaik dengan setiap orang. Ia bekerja dengan giat dan bertanggung
jawab terhadap setiap tugas yang diberikan kepadanya. Dia/ mereka adalah.......
Dari jawaban-jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas kita susun dalam
suatu tabel. Dalam tabel yang disusun akan dapat kita ketahui dua hal, yaitu :
pertama, akan dapat diketahui luas tidaknya hubungan sosial seseorang
berdasarkan banyak sedikitnya ia mendapat pilihan dari teman-temanya. Kedua,
dapat diketahui intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor pilihan yang ditujukan
kepadanya.
Dari tabulasi arah pilih tersebut di atas
dapat di cari indeks hubungan sosial seseorang dengan menggunakan rumus :
CRS =
Keterangan :
CRS : Status pemilihan dan penolakan (choice and rejection)
∑S : Jumlah skor
N : Jumlah siswa dalam kelas.
5.
Pengadministrasian
Menurut Gantina Komalasari, dkk (2011:103) mengemukakan tahapan yang harus dilakukan
ialah meliputi:
a.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi:
1) Menentukan kelompok
peserta didik yang akan diukur
2) Mempersiapkan angket sosiometri sesuai tujuan
Adapun
contoh sosiometri yang biasanya digunakan oleh guru BK di sekolah, yaitu
sosiometri tipe normatif.
3)
Nama :..............................................................
Kelas :..............................................................
Tanggal
Mengisi :..............................................................
Siapakah
teman-teman dalam satu kelas yang kamu sukai untuk diajak belajar bersama ?
1.
.................................. Alasan....................................................
2.
.................................. Alasan....................................................
|
4)
5)
Membuat satuan kegiatan pendukung BK
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri dari:
1) Memberikan menjelaskan verbal
setting (tujuan, manfaat dan
kerahasiaan data)
2) Membagikan angket
sosiometri
3) Menjelaskan cara
mengerjakannya
4) Memeriksa apakah sudah benar mengisinya
5) Mengumpulkan kembali
dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan benar.
c. Tahap Pengolahan dan analisis hasil
Tahap pengolahan ini terdiri dari:
1) Memeriksa kelengkapan
hasil angket
2) Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor
yang diperoleh setiap individu
3) Membuat sosiogram berdasarkan hasil tabulasi
skor
4) Menghitung indeks pemelihan
5) Membuat analisis hubungan sosial dari hasil
sosiogram dan perolehan skor individu.
6.
Pengolahan
dan penafsiran hasil sosiometri
Dalam buku Deasy Riyanti (2007:23) dijelaskan bahwa
dalam pengolahan hasil sosiometri dapat dilakukan setelah daftar isian
sosiometri dijawab oleh peserta didik dan dikumpulkan. Kemudian langkah
pengolahan berikutnya adalah mentabulasikan jawaban tersebut, adapun tabulasi
dibuat berdasarkan jenis-jenis sosiometri, sebagai berikut:
a. Tipe nominatif (nomination)
Misalkan di dalam suatu kelas terdapat 8 orang siswa yang terdiri dari
4 orang putra dan 4 orang putri. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang kita
ajukan, maka jawabannya adalah sebagai berikut:
Siswa
nomor 1 memilih siswa nomor 5,6,3
Siswa
nomor 2 memilih siswa nomor 5,7,8
Siswa
nomor 3 memilih siswa nomor 6,1,7
Siswa
nomor 4 memilih siswa nomor 6,5,2
Siswa
nomor 5 memilih siswa nomor 4,2,6
Siswa
nomor 6 memilih siswa nomor 3,4,1
Siswa
nomor 7 memilih siswa nomor 6,5,1
Siswa
nomor 8 memilih siswa nomor 2,5,7
Jawaban-jawaban yang kita terima disusun dalam suatu tabel. Cara
penyusunan tabelnya adalah nama-nama pemilih ditulis di tepi sebelah kiri
berturut-turut dari atas ke bawah. Sedangkan nama-nama yang dipilih ditulis di
sebelah atas dari kiri ke kanan. Pilihan pertama diberi skor 3, pilihan kedua
diberi skor 2 dan pilihan ketiga diberi skor 1. Kemudian banyaknya pilihan dan
banyaknya skor yang diperoleh di jumlahkan. Adapun tabulasi dari contoh di atas
adalah sebagai berikut:
TABULASI ARAH PILIH SISWA KELAS X
Yang Dipilih
Pemilih
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
|
|
1
|
|
3
|
2
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
2
|
1
|
3
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
1
|
4
|
|
1
|
|
|
2
|
3
|
|
|
5
|
|
2
|
|
3
|
|
1
|
|
|
6
|
1
|
|
3
|
2
|
|
|
|
|
7
|
1
|
|
|
|
2
|
3
|
|
|
8
|
|
3
|
|
|
2
|
|
1
|
|
Jumlah pilihan
|
3
|
3
|
2
|
2
|
5
|
5
|
2
|
2
|
Jumlah score
|
4
|
6
|
4
|
5
|
12
|
12
|
3
|
2
|
Dari tabulasi di
atas dapat diketahui bahwa siswa yang paling luas hubungan sosialnya adalah
siswa nomor 5 dan 6. Dengan hanya memperhatikan tabulasi arah pilih saja kita
belum dapat mengetahui struktur hubungan para siswa secara jelas. Untuk
mengetahui struktur hubungan para siswa secara jelas dibuatkan gambaran tentang
struktur hubungan tersebut. Gambaran tentang pola atau struktur hubungan suatu
kelompok disebut sosiogram.
b. Tipe skala bertingkat (rating scale)
Misalkan dalam suatu kelas terdiri dari sepuluh orang siswa. Isian
skala bertingkat para siswa sebagai berikut:
Siswa
nomor 1 pilihan pertama adalah siswa nomor 5, pilihan kedua
siswa
nomor 6, pilihan siswa nomor 3, pilihan keempat siswa nomor 8 dan pilihan
kelima siswa nomor 10.
Siswa
nomor 2, urutan pilihannya adalah 5,9,8,7 dan 3.
Siswa
nomor 3, urutan pilihannya adalah 6,1,9,4 dan 2.
Siswa
nomor 4, urutan pilihannya adalah 6,5,2,9 dan 10.
Siswa
nomor 5, urutan pilihannya adalah pilihan pertamanya tidak ada, pilihan
selanjutnya adalah 4,2,3 dan 10.
Siswa
nomor 6, urutan pilihannya adalah 3,4,1,2 dan pilihan kelimanya tidak ada.
Siswa
nomor 7, urutan pilihannya adalah 6,5,1,3 dan 9.
Siswa
nomor 8, urutan pilihannya adalah 2,5,9,3 dan 7.
Siswa
nomor 9, urutan pilihannya adalah 10,6,5,7 dan 4.
Siswa
nomor 10, urutan pilihannya adalah 8,9,3,2 dan 7.
Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, dapat disusun tabulasi arah
pilih sebagai berikut:
“Tabulasi Arah Pilih
Siswa”
Pemilih
Dipilih
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Jml
+
|
Jml
-
|
Skor
|
1
|
|
|
1
|
|
|
0
|
0
|
|
|
|
1
|
0
|
1
|
2
|
|
|
-2
|
0
|
0
|
-1
|
|
2
|
|
-1
|
2
|
4
|
-2
|
3
|
0
|
-2
|
|
|
-1
|
2
|
-1
|
-1
|
|
0
|
2
|
5
|
-3
|
4
|
|
|
-1
|
|
1
|
1
|
|
|
-2
|
|
2
|
3
|
-1
|
5
|
2
|
2
|
|
1
|
|
|
1
|
1
|
0
|
|
7
|
0
|
7
|
6
|
1
|
|
2
|
2
|
|
|
2
|
|
1
|
|
8
|
0
|
8
|
7
|
|
-1
|
|
|
|
|
|
-2
|
-1
|
-2
|
0
|
6
|
-6
|
8
|
-1
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
2
|
1
|
1
|
9
|
|
1
|
0
|
-1
|
|
|
-2
|
0
|
|
1
|
2
|
3
|
-1
|
10
|
-2
|
|
|
-2
|
-2
|
|
|
|
2
|
|
2
|
6
|
-4
|
Dari tabulasi di
atas dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai hubungan sosial yang baik di
kelas adalah siswa no. 6 dan 5. Sedangkan siswa yang mempunyai hubungan sosial
yang jelek di kelas adalah siswa no. 7 dan 10.
c. Tipe siapa dia (who’s who)
Sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan sebagian dari hasil tabulasi
arah pilih suatu kelas. Kelas tersebut diberikan daftar isian siapa dia/ mereka
yang terdiri dari 9 item. Item nomor 1,3,4,6 dan 9 merupakan statemen positif,
sedangkan item lainnya adalah statemen negatif. Hasil tabulasinya sebagai
berikut:
“Tabulasi arah pilih
Siapa dia/ mereka”
No.
|
Item Positif
|
+
|
Item Negatif
|
-
|
Skor
|
|||||||
1
|
3
|
4
|
6
|
9
|
2
|
5
|
7
|
8
|
||||
1
|
1
|
|
2
|
3
|
|
6
|
|
1
|
|
1
|
2
|
4
|
2
|
|
|
1
|
|
|
1
|
|
2
|
|
1
|
3
|
-2
|
3
|
1
|
|
|
1
|
|
2
|
1
|
|
|
1
|
2
|
0
|
4
|
|
|
2
|
|
|
2
|
|
2
|
1
|
|
3
|
-1
|
5
|
1
|
2
|
2
|
1
|
3
|
9
|
|
|
|
|
0
|
9
|
6
|
|
|
|
|
|
0
|
|
|
|
1
|
1
|
-1
|
7
|
1
|
|
1
|
|
1
|
3
|
1
|
|
|
2
|
3
|
0
|
8
|
1
|
2
|
|
1
|
|
4
|
|
1
|
|
|
1
|
3
|
9
|
1
|
1
|
3
|
1
|
2
|
8
|
|
|
1
|
|
1
|
7
|
10
|
2
|
1
|
1
|
2
|
|
6
|
|
1
|
|
|
1
|
5
|
Dari tabulasi di
atas dapat dilihat bahwa diantara siswa-siswa tersebut, siswa yang paling baik
hubungan sosialnya adalah siswa nomor 5 dan siswa yang paling jelek hubungan
sosialnya adalah siswa nomor 2.
Dari tabulasi-tabulasi tersebut kemudian dianalisis
dengan membuat sosiogram. Untuk membuat sosiogram dapat digunakan tiga teknik,
yaitu:
a. Sosiogram
teknik lingkatran
Untuk membuat
sosiogram dengan tekhnik lingkaran, pertama-tama yang harus dilakukan adalah
membuat lingkaran-lingkaran sejumlah frekuensi pilihan terbanyak ditambah satu.
Lingkaran-lingkaran tersebut dibuat dari satu titik pusat, mulai dari lingkaran
terkecil (lingkaran paling dalam), kemudian secara berturut-turut lingkaran
berikutnya (lingkaran luarnya) makin besar, sampai dengan lingkaran terbesar
(lingkaran luar).
Langkah selanjutnya
adalah meletakkan nomor-nomor individu pada lingkaran-lingkaran tersebut. nomor
individu yang mendapat pilihan terbanyak diletakkan pada lingkaran terdalam.
Yang mendapat pilihan lebih sedikit diletakkan pada sebelah luarnya secara
berturut-turut sehingga akhirnya pada lingkaran terluar terletak pada nomor
individu yang tidak mendapat pilihan sama sekali. Untuk membedakan jenis
kelamin wanita dapat dilakukan dengan pemberian tanda yang berbeda, misalnya
nomor-nomor individu laki-laki diisi tanda bulatan dan nomor-nomor individu
wanita diisi tanda bujur sangkar. Langkah terakhir adalah hubungan-hubungan
nomor-nomor tersebut dengan anak panah-anak panah sesuai dengan arah
pilihannya.
1
|
2
|
3
|
5
|
4
|
a.
b.
c.
Keterangan :
b. Sosiogram
teknik lajur
Untuk membuat sosiogram tekhnik lajur, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah membuat lajur-lajur dengan garis-garis horizontal
yang sejajar sebanyak frekuensi pilihan terbanyak ditambah satu. Selanjutnya
adalah meletakkan nomor-nomor individu pada lajur-lajur tersebut. nomor
individu yang mendapat pilihan terbanyak diletakkan pada lajur paling atas.
Yang mendapat pilihan lebih sedikit diletakkan pada lajur dibawahnya. Demikian
seterusnya sehingga pada lajur paling bawah terletak nomor individu yang mendapat
pilihan paling sedikit atau yang sama sekali tidak mendapat pilihan. Kemudian
nomor-nomor tersebut dihubung-hubungkan dengan anak panah – anak panah sesuai
dengan arah pilihan masing-masing individu.
5
4
3
2
1
|
1
|
2
|
3
|
6
|
5
|
4
|
c. Sosiogram
teknik bebas
Dalam membuat
sosiogram dengan teknik bebas ini nomor-nomor individu diletakkan secara bebas
sedemikian rupa sehingga mudah dihubung-hubungkan antara individu yang memilih
dengan individu yang dipilih. Yang dipentingkan dalam teknik ini adalah
kepraktisan dalam menghubungkan antara pemilih dengan yang dipilih, tanpa
memperhitungkan urutan letak berdasarkan jumlah pilihan.
B.
Skala
1.
Konsep
skala
a.
Pengertian
skala
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 118) teknik ini merupakan salah satu
bentuk diantara model skala yang sering digunakan dalam asesmen pendidikan.
Skala bertingkat ini menggambarkan suatu nilai tentang suatu objek asesmen
berdasarkan pertimbangan. Skala bertingkat, dapat berupa:
1) Skala angka, yaitu apabila skor yang diberikan
seseorang tentang keadaan objek asesmen dapat dilambangkan dengan angka.
2) Skala bertingkat dalam bentuk grafik banyak
digunakan orang karena dapat mengurangi kesalahan-kesalahan atau “bias” dalam
mengisinya.
Menurut Sri Milfayetty
(2011:27) skala merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek
afektif. Disusun berdasarkan
indikator perilaku untuk mengungkap aspek yang dimaksud. Teknik ini merupakan salah satu model yang
sering digunakan dalam asesmen pendidikan. Pada saat sekarang telah ada sejumlah model
skala yang dikembangkan dan diusulkan orang. Model skala apa yang akan dipakai
akan menentukan macam pernyataan/pertanyaan yang diperlukan.
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 118-119) beberapa langkah dalam menyusun
skala adalah sebagai berikut:
1) Komposisi item dalam satu kesatuan
a) Susun sejumlah item yang hanya mencakup satu
dimensi saja.
b) Pernyataan positif dan negatif hendaklah di
skor dengan cara yang berlainan.
2) Pemilihan alternatif jawaban
a) Tentukan beberapa pilihan yang akan digunakan
lima, tujuh atau sembilan.
b) Alternatif yang dipilih hendaklah mudah
dipahami peserta didik.
3) Urutan butir
a) Hendaklah ditetapkan secara acak (random)
b) Sediakan waktu secukupnya, sehingga setiap
butir dapat diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Format dan perwajahan instrumen perlu diperhatikan dengan seksama oleh
penyusun skala, mudah dibaca, dipahami dan diisi, serta indah dilihat.
b.
Jenis
Skala
Teknik skala
yang sering digunakan untuk mengukur sikap seseorang, yaitu:
1) Skala
likert
Skala ini
dikembangkan oleh Rensis Likert, yang merupakan suatu series butir (butir
soal). Responden hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap
butir soal tersebut. Skala ini dimaksudkan untuk mengukur sikap individu dalam
dimensi yang sama dan individu menempatkan dirinya ke arah satu kontinuitas
dari butir soal.
Dalam menyusun
skala likert perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a) Komposisi
butir soal dalam satu kesatuan.
·
Susun sejumlah soal (antara 50-100
butir) yang merupakan pernyataan yang mencakup satu dimensi saja. Umpama:
Motivasi Belajar atau Kebiasaan Belajar.
·
Pernyataan positif dan negatif hendaklah
seimbang jumlahnya. Urutan pemunculannya dilakukan secara random.
·
Kekuatan tiap butir soal tidaklah begitu
penting.
·
Jumlah pernyataan yang positif dan negatif
hendaklah sama jumlahnya. Hal ini dimaksudkan apakah ada pertanyaan yang
dikurangi maka komposisi yang tersisa tetap seimbang.
b) Pemilihan
alternatif jawaban
·
Tentukan berapa alternatif yang akan
digunakan. Apakah lima, tujuh, sembilan atau sebelas.
·
Alternatif yang dipilih hendaklah lebih
mudah dipahami responden dan memberikan semaksimal mungkin data yang
diperlukan.
·
Alternatif respon yang dipilih itu
hendaklah disesuaikan dengan pernyataan. Jangan terjadi kesenjangan antara
pernyataan dengan alternatif respon yang disediakaan.
c) Tataurutan
butir soal dan persiapan pengadministrasian
·
Tiap butir soal dalam instrumen
hendaklah ditetapkan secara random (acak)
·
Respon pilihan sebaiknya ditempatkan
disebelah kanan, dan kadang-kadang disebelah bawah kalau respon pilihan tidak
seragam, sedangkan petunjuk pengisian ditempatkan di bagian atas halaman
pertama atau pada halaman terpisah di abgian depan. Hendaknya menggunakan
bahasa yang komunikatif, sehingga tidak menimbulkan keraguan lagi bagi
responden dalam mengisi instrumen.
·
Berikan waktu secukupnya, sehingga
setiap responden mengisi semua butir soal sesuai dengan keadaan sebenarnya.
·
Format dan perwajahan instrumen adalah
sesuatu yang penting. Instrumen itu hendaklah mudah dibaca, mudah dipahami, dan
mudah pula diisi oleh responden.
·
Instrumen yang telah siap perlu
ditimbang (judge) ahli dan kemudian diuji cobakan kepada seluruh respondeng
yang merupakan bagian dari populasi penelitian tetapi bukan sampel penelitian.
Besarnya sampel uji coba tergantung pada teknik apa yang akan digunakan dalam
menganalisis data uji coba tersebut.
d) Pemberian
skor
Dalam
pemberian nilai pada sikap tertentu yang diteliti, peneliti hendaklah memberi
skor pada semua butir soal yang digunakan. Pada butir soal yang tidak diisi
oleh responden maka skor yang bersangkutan adalah nol. Langkah dalam pemberian skor:
·
Apabila pilihan respon lima, maka nilai
1, 2, 3, 4, 5.
·
Berhubunga karena adanya butir soal yang
positif dan yang mnegatif, maka sejak dini peneliti hendaklah menentukandengan
teliti mana butir soal dengan sikap positif dan mana pula yang bersifat
negatif.
·
Skor masing-masing responden merupakan
penjumlahan skor tiap butir soal yang didapat oleh masing-masing responden.
·
Tiap skor rata-rata itu dapat diartikan
positif atau negatif, dengan mempedomani kembali filosofi dasar dan pedoman
nilai yang diberikan.
e) Penyempurnaan
dan pengembangan instrumen
Setelah
butir soal dianalisis berdasarkan sampel uji coba, peneliti memilih butir soal
yang baik berdasarkan validitas internal yang telah diketahui. Langkah –
langkah dalam menentukan urutan butir soal dan cara pemberian skor dalam
instrumen yang terakhir sama dengan pada waktu menentukan urutan instrumen dan
pemberian skor pada waktu uji coba instrumen.
2) Skala
Thurstone
Skala ini mula-mula
dikembangkan oleh Louis Thurstone, skala
ini bertujuan ingin mengurutkan respon berdasarkan ciri -ciri tertentu. Skala
ini tidak terlalu mudah disusun, namun mempunyai reliabilitas yang tinggi.
Skala ini disusun berdasarkan interval yang sama dan menggunakan pertimbangan
dalam menyusunnya.
a) Penyusunan
skala Thurstone
·
Menentukan komposisi dalam satu pool
-
Susunan dan atau kumpulkan suatu set
pernyataan yang unidimensional. Jumlah soal yang idela anatara 100 hingga 200
butir.
-
Kekuatan per butir soal tidaklah begitu
penting
-
Boleh pernyataan positif maupun negatif
-
Susun pernyataan yang unidimensional dan
yang bersifat menyatakan sesuatu itu pada suatu kartu untuk setiap soal.
·
Pemilihan penimbang dan pertimbangan
-
Rumuskanlah populasi penelitian itu
-
Pilih dari populasi yang sama,
penimbang/juri yang akan membantu pengembangan butir soal diatas
-
Jumlah penimbang sebaiknya sebanyak
mungkin, antara 40 -100 orang
-
Kepada penimbang diharapkan
mengelompokkan butir soal yang terdapat dalam setiap kartu ke dalam 11 kelompok
dan memberi 1 sampai sebelas atau sangat tidak menyenangkan, dan sebaliknya.
-
Penyetoran pertimbangan atau penaksiran
skala interval
-
Kumpulkan semua pertimbangan untuk tiap
–tiap pernyataan atau butir soal
-
Distribusikan setiap pernyataan, dan
pernyataan yang nilainya sangat menyebar dibuang. Sedangkan skor nilai yang
agak bersamaan digunakan sebagai dasar perhitungan
-
Nilai butir soal ditentkan dengan
menghitung median untuk sebagai dasar perhitungan
·
Penyekoran pertimbangan atau penaksiran
skala interval
-
Kumpulkan semua pertimbangan untuk
setiap pernyataan atau butir soal
-
Distribusikan setiap pernyataan, dan
pernyataan yang nilainya sanat menyebar dibuang. Sedangkan skor nilai yang agak
bersamaan digunakan untuk membuat skala.
-
Hitung semi interquartile range untuk
setiap pernyataan. Hitung nilai median dari nilai – niai. Median digunakan
sebagai dasar perhitungan
-
Nilai butir soal ditentukan dengan
menghitung median untuk penempatan freskuaensi penilai.
-
Tentukan berapa panjang skala dan berapa
banyak butir soal.
-
Setelah ukuran skala ditentukan,
pilihlah soal sebanyak yang ditumbuhkan, berdasarkan interval yang sama.
-
Bentuk paralel dapat disusuln dengan
memilik butir soal lain berdasarkan interval yang sama pula
·
Persiapan pengadministrasian dan
pengskoran
-
Sesuatu butir soal hendaklah dipilih
dari sejumlah soal - soal yang lebih luas.
-
Pada setiap butir soal hendaklah
disediakan tempat untuk responden menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap
pernyataan ini.
-
Penskoran dilakukan dengan membuat tanda
pada butir soal bahwa nilai untuk tiap butir soal bahwa responden setuju dengan
pernyataan itu.
3) Skala
Guttman
Skala Guttman
atau disebut juga Scalogram analisis. Dikembangkan oleh Louis Guttman dan lebih
rumit dari skala Likert dan Thurstone. Skala ini merupakan skala kumulatif
ordinal dan hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi
dmensi. Karena itu skala ini disebut juga dengan unidimensional.
a) Langkah
– langkah dalam menyusun skala Guttman
·
Susunlah sejumlah pertanyaan yang sesuai
dengan masalah yang akan diselidiki dengan lebih dahulu menentukan sub – sub
variabelnya dalam satu pool.
·
Susun pertanyaan deskriptif mengenai
universe yang diselidiki
·
Butir – butir soal hendaklah mewakili
sikap yang diukur
·
Tempatkan soal itu dengan baik dalam
sheet dengan dua kemungkinan jawaban “ya” dan :tidak”.
b) Uji
coba skala
·
Administrasikan skala itu pada sampel,
yang diperkirakan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi
penelitian.
·
Semua butir soal, diskor dengan cara
yang telah ditentukan terlebih dahulu.
·
Skor ditentukan untuk setiap responden.
Umumnya tiap responden adalah jumlah jawaban yang positif.
c) Penyusunan
skala
·
Susun suatu Chart, dengan butir soal
sebelah atas dengan responden sebelah kiri, seperti contoh yang diberikan
Oppenheim, yang dikemukakan pada halaman 229.
·
Setelah semua responden selesai diskor,
maka kegiatan berikutnya adalah mengatur/menyusun kembali menurut ranking,
dengan tidak memperbaiki letak butir soal.
·
Setelah semua responden diurutkan, maka
langkah berikutnya adalah mengatur kembali butir soal dengan menempatkan pada
kolom pertama adalah butir soal yang terbanyak jawaban “ya”, dan seterusnya,
dengan tidak merbah urutan responden.
·
Kegiatan berikutnya adalah menghitung
indeks reprodusibilitas.
-
Indeks ini dihitung untuk menentukan
apakah respon yang diberikan menunjukkan kualitas yang kuat dalam kaitan dengan
total skor yang tertinggi.
-
Untuk menghitung indek itu dapat
digunakan rumus:
Keterangan:
R = jumlah
reprodusibilitas
Jumlah kesalahan = jumlah kesalahan dalam
skala yaitu jawaban
diluar bentuk segitiga
-
Jika indek reprodusibitas kecil dari 0.9
maka skala itu tidak memuaskan untuk digunakan
-
Indeks reprusibitas hanya mengukur
ketepatan alat yang dibuat, sedangkan koefisien skalabilitas menunjukka kepada
baik tidaknya skala itu digunakan
-
Langkah selanjutnya menghitung koefisien
skalabilitas. Rumus untuk mencari koefisien skalabilitas adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
Ks = koefisien skalabilitas
e = jumlah kesalahan (error)
m =
jumlah total kesalahan, yaitu jumlah
respon dikurangi total
jawaban “ya” dalam segitiga.
-
Kalau indeks skalabilitas besar dari 0.6
maka skalaitu dianggap baik.
4) Skala
Perbedaan Semantik
Skala ini
dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum untuk mengukur pengertian
seseorang tentang konsep atau objek. Setiap responden diminta untuk menilai
suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar dengan tujuh titik.
a) Langkah
– langkah penyusunan skala
·
Pilih konsep yang akan dinilai
-
Konsep tersebut hendaklah relevan dengan
topik penelitian
-
Konsep itu harus sensitif untuk
membedakan kesamaan antara kelompok
·
Pilih kata – kata ajektif berpasangan
-
Kata – kata ajektif itu (bipolar)
berlawanan
-
Sifat berlawanan itu tidak dimunculkan
hanya dengan menambah kata tambahan “ tidak” , kecuali kalau tidak ada ilihan
yang lain.
Contoh:
Rajin - malas (bukan tidak rajin)
Tinggi - rendah (bukan tidak tinggi)
b) Contoh
skala perbedaan semantik
Perbedaan
semantik ini dapat lebih banyak disusun untuk mengungkapkan pengertian tentang
ranah afektif atau dimensi – dimensi evaluatif. Sifat bipolar dapat pula
disusun untuk mengungkapkan: potensi, evaluasi dan kegiatan, seperti contoh
dibawah ini.
Potensi : kuat – lemah
Berat – ringan
Evaluasi : baik – buruk
Bersih – kotor
Kegiatan : cepat – lmbat
Aktif – pasif
Contoh: Skala Perbedaan Semantik
Belajar
Bebas
1. Baik----------------------------
Buruk
2. Aktif---------------------------
Pasif
3. Benci
-------------------------- Suka
4. Sia-
sia ------------------------ Berguna
5. Gembira
---------------------- Tenang
6. Fleksibel
---------------------- Kaku
7. Berat
--------------------------- Ringan
Responden hanya
memberi tanda X (silang) pada salah satu tempat diantara tujuh posisi yang
disediakan, sesuai dengan persepsinya tentang konsep yang diukur.
2.
Tujuan
Skala
Menurut
Sugiyono (2012:134) tujuan skala adalah untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial .
3.
Kegunaan
Skala
Pada dasarnya
Skala ini berguna bagi kepentingan pemahaman diri konseli melalui teknik
observasi yang lebih khas diukur dari derajat penilaian. Adapun keguanaannya
terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mencatat
kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis
b. Mencatat
kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu singkat,
c. Mencatat
kemunculan sejumlah tingkah laku dalam derajat penilaian
d. Mencatat
kemunculan perilaku di dalam dan/atau di luar sekolah, serta
e. Mencatat
kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.
4.
Pengadministrasian
Skala
Pengadministrasian
skala dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
a. Tahap
persiapan (merancangbangun)
Tahap persiapan
mencakup langkah-langkah berikut:
1) Penetapan
topik
2) Penentuan
variabel
3) Penentuan
indikator
4) Penentuan
prediktor
5) Penyusunan
pernyataan/item.
b. Tahap
pelaksananaan
Tahap pelaksanaan meliputi
langkah-langkah berikut:
1) Penyiapan
pedoman/format SP,
2) Penentuan
posisi observasi yaitu observer mengambil posisi yang tepat agar mudah
mengamati perilaku observee dan tidak mengganggu perhatian observee,
3) Pelaksanaan
pengamatan yaitu mencatat derajat perilaku observee yang muncul pada format SP,
4) Pencatatan
terhadap perilaku observee (siswa/konseli yang diobservasi).
c. Tahap
analisis hasil
Tahap analisis hasil mencakup
langkah-langkah berikut:
1) Skoring
2) Analisis
dan interpretasi
3) Kesimpulan
KEPUSTAKAAN
A. Muri Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Padang:
UNP Press.
W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar