Jumat, 20 September 2019

SOSIOMETRI DAN SKALA


JENIS INVENTORI LANJUTAN:
SOSIOMETRI DAN SKALA


A.    SOSIOMETRI
1.      Pengertian Sosiometri
Kata sosiometri berasal dari bahasa latin “Socius”, yang berarti sosial dan “Metrum”, yang berarti mengukur. Dengan mengartikan kedua kata tersebut tersirat bahwa, sosiometri merupakan salah satu cara untuk mengukur hubungan sosial antar individu. Awal mulanya, sosiometri sosiometri dikembangkan oleh Moreno dan Jenning. Metode ini didasarkan atas pemikiran bahwa kelompok mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil pengolahan sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh oleh setiap orang, pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.
Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid. Sosometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur antara hubungan individu-individu dalam suatu kelompok (Wayan Nurkancana, 1994: 109). Sosiometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada di antara anggota dalam suatu kelompok, guru dapat menggunakan teknik ini untuk mengetahui struktur sosial kelas, pemilihan bintang kelas, teman belajar kelompok dan sebagainya (A. Muri Yusuf, 2011: 119).
Menurut WS. Winkel (1977:293) sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota kelompok satu sama lain, preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam melakukan kegiatan tertentu atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-angota kelompok yang lepas dari kegiatan tertentu. Deasy Riyanti (2007: 10) mengartikan sosiometri sebagai suatu metode untuk memperoleh data tentang pola dan struktur hubungan sosial antara individu-individu dalam suatu kelompok berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam melakukan kegiatan tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sosiometri merupakan salah satu metode psikologi sosial untuk mengetahui tingkat hubungan sosial antar individu di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada kriteria tertentu.
2.      Tujuan Sosiometri
Tujuan dari sosiometri adalah untuk melihat dan memahami individu, khususnya dalam bidang sosial, mengetahui status sosial anggota kelompok menurut pandangan anggota-anggota kelompok yang lain (Deasy Riyanti, 2007: 11). Selanjutnya Gantina Komalasari, dkk. (2011: 95) mengemukakan bahwa hasil pengolahan sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh oleh setiap orang, pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.
3.      Kegunaan Sosiometri
Secara khusus dalam layanan BK, hasil sosiometri dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyelenggarakan jenis layanan tertentu, penetapan peserta layanan, maupun sebagai layanan itu sendiri (Deasy Riyanti, 2007: 11), yang dapat dijelaskan seperti berikut.
a.       Dasar/bahan pertimbangan untuk menyelenggarakan jenis layana tertentu
Hal ini dapat terlihat dari pemilihan materi untuk layanan informasi. Misalnya guru pembimbing dengan mempertimbangkan hasil sosiometri menganggap perlu memberikan layanan informasi tentang hubungan sosial.
b.      Penetapan peserta layanan
Hasil sosiometri dapat digunakan untuk menetapkan peserta layanan. Untuk layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing dapat lebih arif menetapkan komposisi anggota kelompok, misalnya dengan tidak menggabungkan dalam satu kelompok siswa-siswa yang “star”, siswa-siswa yang “terisolir” atau siswa-siswa yang tergabung dalam klik-klik.
c.       Isi layanan
Dalam pelayanan bimbingan kelompok misalnya, topik tentang hubungan sosial dapat diberikan sebagai isi kegiatan.
Dalam buku Wayan Nurkancana (1994: 128) dijelaskan bahwa kegunaan yang paling penting dari sosiometri dalam garis besarnya adalah sebagai berikut.
a.       Untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di dalam kelasnya.
b.      Memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individual
c.       Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik sekolah terhadap hubungan sosial di kalangan siswa.
d.      Mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam.
e.       Menemukan norma-norma pergaulan antarsiswa yang diinginkan dalam kelompok/kelas bersangkutan.
4.      Jenis-jenis Sosiometri
Menurut A. Muri Yusuf (2011:119) untuk memahami hubungan peserta didik di sekolah ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menetukan jenis sosiometri, yaitu:

a.       Teknik nominasi
Dalam tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa teman yang disenangi atau tidak disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu. Pada teknik ini peserta didik memilih nama yang terbatas jumlah dari kelompok mereka umpama tiga nama dari semua teman-temannya dalam kelas. Pilihan itu harus ditulis berurutan dari pilihan pertama (paling disenangi), pilihan kedua dan seterusnya. Kemudian nama-nama tersebut dikumpulkan dan dianalisis. Contoh pertanyaan untuk sosiometri tipe niminatif antara lain adalah sebagai berikut:
1)      Dengan siapakah Anda ingin duduk dalam satu bangku ?
2)      Siapakah kawan Anda yang terbaik ?
3)      Dan sebagainya.
Jawaban-jawaban yang diterima di susun dalam suatu tabel. Adapun cara penyusunan tabelnya adalah sebagai berikut :
1)      Nama-nama pemilih ditulis di tepi sebelah kiri berturut-turut dari atas sampai ke bawah.
2)      Nama-nama yang dipilih di tulis di sebelah atas dari kiri ke kanan.
3)      Siswa dan siswi sebaiknya di susun secara terpisah untuk memudahkan analisis apakah ada perpecahan antara siswa dan siswi.
4)      Pilihan pertama kita beri skor 3
5)      Pilihan kedua kita beri skor 2
6)      Pilihan ketiga kita beri skor 1
7)      Kemudian banyaknya pilihan dan banyaknya skor yang diperoleh dijumlahkan.
Dalam tabel dapat diketahui dua hal, sebagai berikut:   
1)      Dapat diketahui bahwa siswa yang paling luas hubungan sosialnya, karena mereka mendapat pilihan terbanyak.
2)      Dapat diketahui intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor pilihan yang ditujukan kepadanya.
Selanjutnya untuk mencari intensitas hubungan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Int        = intensitas
S          = Skor
P          = Pilihan

b.      Model skala bertingkat
Dalam teknik ini disediakan sejumlah statement yang disusun secara bertingkat, yaitu dari statement yang menyatakan hubungan yang paling dekat, sampai dengan statement yang menyatakan hubungan yang paling jauh. Dalam setiap statement kepada individu diminta untuk mengisi nama salah seorang temannya yang hubungannya sesuai dengan yang dinyatakan oleh statement tersebut. Contoh-contoh pernyataannya adalah sebagai berikut :
1)      Saya sangat senang bersama dan saling membantu dengan .....
2)      Saya menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan ......
3)      Saya dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan .....
4)      Saya tidak begitu akrab dengan .....
5)      Saya tidak senang dengan ......
Kemudian pilihan pertama diberi skor 2, kedua skor 1, ketiga skor 0, keempat skor -1, kelima skor -2. Sehingga hasilnya diperoleh gambaran status hubungan sosial setiap individu. Dari tabulasi arah pilih tersebut di atas dapat di cari indeks hubungan sosial seseorang dengan menggunakan rumus :

CRS =
Keterangan :
CRS       : Status pemilihan dan penolakan (choice and rejection)
∑S          : Jumlah skor
N            : Jumlah siswa dalam kelas.

c.       Model who’s who
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement tentang sfat-sifat individu. Sebagian dari sifat itu mengungkapkan sifat yang positif dan sebagian lagi mengungkapkan sifat yang negatif. Kepada masing-masing anggota kelompok disuruh memilih teman-temannya yang mempunyai sifat yang cocok dengan yang diungkapkan oleh statement tersebut. Adapun contoh-contoh statemennya antara lain adalah :
1)      Dalam kelas ini ada teman yang hampir tidak pernah marah walaupun di ganggu oleh temannya. Teman tersebut adalah....
2)      Dalam kelas ini ada teman yang angkuh, dan tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain. Ia sering marah-marah kalau ada orang lain yang menyangkal pendapatnya. Dia / mereka adalah.........
3)      Dalam kelas ini ada teman yang dapat bekerja sama denganbaik dengan setiap orang. Ia bekerja dengan giat dan bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan kepadanya. Dia/ mereka adalah.......
Dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas kita susun dalam suatu tabel. Dalam tabel yang disusun akan dapat kita ketahui dua hal, yaitu : pertama, akan dapat diketahui luas tidaknya hubungan sosial seseorang berdasarkan banyak sedikitnya ia mendapat pilihan dari teman-temanya. Kedua, dapat diketahui intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor pilihan yang ditujukan kepadanya.
Dari tabulasi arah pilih tersebut di atas dapat di cari indeks hubungan sosial seseorang dengan menggunakan rumus :
CRS =
Keterangan :
CRS       : Status pemilihan dan penolakan (choice and rejection)
∑S          : Jumlah skor
N            : Jumlah siswa dalam kelas.
5.      Pengadministrasian
Menurut Gantina Komalasari, dkk (2011:103) mengemukakan tahapan yang harus dilakukan ialah meliputi:
a.       Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi:
1)      Menentukan kelompok peserta didik yang akan diukur
2)      Mempersiapkan angket sosiometri sesuai tujuan
Adapun contoh sosiometri yang biasanya digunakan oleh guru BK di sekolah, yaitu sosiometri tipe normatif.
3)     
Nama                           :..............................................................
Kelas                           :..............................................................
Tanggal Mengisi            :..............................................................
Siapakah teman-teman dalam satu kelas yang kamu sukai untuk diajak belajar bersama ?
1. .................................. Alasan....................................................
2. .................................. Alasan....................................................
 
4)       
5)       


Membuat satuan kegiatan pendukung BK

b.      Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri dari:
1)      Memberikan menjelaskan verbal setting (tujuan, manfaat dan kerahasiaan data)
2)      Membagikan angket sosiometri
3)      Menjelaskan cara mengerjakannya
4)      Memeriksa apakah sudah benar mengisinya
5)      Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan benar.
c.       Tahap Pengolahan dan analisis hasil
Tahap pengolahan ini terdiri dari:
1)      Memeriksa kelengkapan hasil angket
2)      Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh setiap individu
3)      Membuat sosiogram berdasarkan hasil tabulasi skor
4)      Menghitung indeks pemelihan
5)      Membuat analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolehan skor individu.
6.      Pengolahan dan penafsiran hasil sosiometri
Dalam buku Deasy Riyanti (2007:23) dijelaskan bahwa dalam pengolahan hasil sosiometri dapat dilakukan setelah daftar isian sosiometri dijawab oleh peserta didik dan dikumpulkan. Kemudian langkah pengolahan berikutnya adalah mentabulasikan jawaban tersebut, adapun tabulasi dibuat berdasarkan jenis-jenis sosiometri, sebagai berikut:
a.       Tipe nominatif (nomination)
Misalkan di dalam suatu kelas terdapat 8 orang siswa yang terdiri dari 4 orang putra dan 4 orang putri. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, maka jawabannya adalah sebagai berikut:
Siswa nomor 1 memilih siswa nomor 5,6,3
Siswa nomor 2 memilih siswa nomor 5,7,8
Siswa nomor 3 memilih siswa nomor 6,1,7
Siswa nomor 4 memilih siswa nomor 6,5,2
Siswa nomor 5 memilih siswa nomor 4,2,6
Siswa nomor 6 memilih siswa nomor 3,4,1
Siswa nomor 7 memilih siswa nomor 6,5,1
Siswa nomor 8 memilih siswa nomor 2,5,7
Jawaban-jawaban yang kita terima disusun dalam suatu tabel. Cara penyusunan tabelnya adalah nama-nama pemilih ditulis di tepi sebelah kiri berturut-turut dari atas ke bawah. Sedangkan nama-nama yang dipilih ditulis di sebelah atas dari kiri ke kanan. Pilihan pertama diberi skor 3, pilihan kedua diberi skor 2 dan pilihan ketiga diberi skor 1. Kemudian banyaknya pilihan dan banyaknya skor yang diperoleh di jumlahkan. Adapun tabulasi dari contoh di atas adalah sebagai berikut:
TABULASI ARAH PILIH SISWA KELAS X
Yang Dipilih
Pemilih
1
2
3
4
5
6
7
8
1


1

3
2


2




3

2
1
3
2




3

1
4

1


2
3


5

2

3

1


6
1

3
2




7
1



2
3


8

3


2

1

Jumlah pilihan
3
3
2
2
5
5
2
2
Jumlah score
4
6
4
5
12
12
3
2

Dari tabulasi di atas dapat diketahui bahwa siswa yang paling luas hubungan sosialnya adalah siswa nomor 5 dan 6. Dengan hanya memperhatikan tabulasi arah pilih saja kita belum dapat mengetahui struktur hubungan para siswa secara jelas. Untuk mengetahui struktur hubungan para siswa secara jelas dibuatkan gambaran tentang struktur hubungan tersebut. Gambaran tentang pola atau struktur hubungan suatu kelompok disebut sosiogram.
b.      Tipe skala bertingkat (rating scale)
Misalkan dalam suatu kelas terdiri dari sepuluh orang siswa. Isian skala bertingkat para siswa sebagai berikut:
Siswa nomor 1 pilihan pertama adalah siswa nomor 5, pilihan kedua
siswa nomor 6, pilihan siswa nomor 3, pilihan keempat siswa nomor 8 dan pilihan kelima siswa nomor 10.
Siswa nomor 2, urutan pilihannya adalah 5,9,8,7 dan 3.
Siswa nomor 3, urutan pilihannya adalah 6,1,9,4 dan 2.
Siswa nomor 4, urutan pilihannya adalah 6,5,2,9 dan 10.
Siswa nomor 5, urutan pilihannya adalah pilihan pertamanya tidak ada, pilihan selanjutnya adalah 4,2,3 dan 10.
Siswa nomor 6, urutan pilihannya adalah 3,4,1,2 dan pilihan kelimanya tidak ada.
Siswa nomor 7, urutan pilihannya adalah 6,5,1,3 dan 9.
Siswa nomor 8, urutan pilihannya adalah 2,5,9,3 dan 7.
Siswa nomor 9, urutan pilihannya adalah 10,6,5,7 dan 4.
Siswa nomor 10, urutan pilihannya adalah 8,9,3,2 dan 7.
Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, dapat disusun tabulasi arah pilih sebagai berikut:
“Tabulasi Arah Pilih Siswa”
Pemilih
Dipilih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jml
+
Jml
-
Skor
1


1


0
0



1
0
1
2


-2
0
0
-1

2

-1
2
4
-2
3
0
-2


-1
2
-1
-1

0
2
5
-3
4


-1

1
1


-2

2
3
-1
5
2
2

1


1
1
0

7
0
7
6
1

2
2


2

1

8
0
8
7

-1





-2
-1
-2
0
6
-6
8
-1
0







2
2
1
1
9

1
0
-1


-2
0

1
2
3
-1
10
-2


-2
-2



2

2
6
-4
Dari tabulasi di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai hubungan sosial yang baik di kelas adalah siswa no. 6 dan 5. Sedangkan siswa yang mempunyai hubungan sosial yang jelek di kelas adalah siswa no. 7 dan 10.
c.       Tipe siapa dia (who’s who)
Sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan sebagian dari hasil tabulasi arah pilih suatu kelas. Kelas tersebut diberikan daftar isian siapa dia/ mereka yang terdiri dari 9 item. Item nomor 1,3,4,6 dan 9 merupakan statemen positif, sedangkan item lainnya adalah statemen negatif. Hasil tabulasinya sebagai berikut:
“Tabulasi arah pilih Siapa dia/ mereka”

No.
Item Positif

+
Item Negatif

-

Skor
1
3
4
6
9
2
5
7
8
1
1

2
3

6

1

1
2
4
2


1


1

2

1
3
-2
3
1


1

2
1


1
2
0
4


2


2

2
1

3
-1
5
1
2
2
1
3
9




0
9
6





0



1
1
-1
7
1

1

1
3
1


2
3
0
8
1
2

1

4

1


1
3
9
1
1
3
1
2
8


1

1
7
10
2
1
1
2

6

1


1
5

Dari tabulasi di atas dapat dilihat bahwa diantara siswa-siswa tersebut, siswa yang paling baik hubungan sosialnya adalah siswa nomor 5 dan siswa yang paling jelek hubungan sosialnya adalah siswa nomor 2.
Dari tabulasi-tabulasi tersebut kemudian dianalisis dengan membuat sosiogram. Untuk membuat sosiogram dapat digunakan tiga teknik, yaitu:
a.       Sosiogram teknik lingkatran
Untuk membuat sosiogram dengan tekhnik lingkaran, pertama-tama yang harus dilakukan adalah membuat lingkaran-lingkaran sejumlah frekuensi pilihan terbanyak ditambah satu. Lingkaran-lingkaran tersebut dibuat dari satu titik pusat, mulai dari lingkaran terkecil (lingkaran paling dalam), kemudian secara berturut-turut lingkaran berikutnya (lingkaran luarnya) makin besar, sampai dengan lingkaran terbesar (lingkaran luar).
Langkah selanjutnya adalah meletakkan nomor-nomor individu pada lingkaran-lingkaran tersebut. nomor individu yang mendapat pilihan terbanyak diletakkan pada lingkaran terdalam. Yang mendapat pilihan lebih sedikit diletakkan pada sebelah luarnya secara berturut-turut sehingga akhirnya pada lingkaran terluar terletak pada nomor individu yang tidak mendapat pilihan sama sekali. Untuk membedakan jenis kelamin wanita dapat dilakukan dengan pemberian tanda yang berbeda, misalnya nomor-nomor individu laki-laki diisi tanda bulatan dan nomor-nomor individu wanita diisi tanda bujur sangkar. Langkah terakhir adalah hubungan-hubungan nomor-nomor tersebut dengan anak panah-anak panah sesuai dengan arah pilihannya.
1

2
3
5
4
 
a.       
b.       
c.        


Keterangan :
Pilihan satu arah                         =
Pilihan dua arah                         =
Nomor Siswa Laki-laki              =
Nomor siswa perempuan           =




b.      Sosiogram teknik lajur
Untuk membuat sosiogram tekhnik lajur, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat lajur-lajur dengan garis-garis horizontal yang sejajar sebanyak frekuensi pilihan terbanyak ditambah satu. Selanjutnya adalah meletakkan nomor-nomor individu pada lajur-lajur tersebut. nomor individu yang mendapat pilihan terbanyak diletakkan pada lajur paling atas. Yang mendapat pilihan lebih sedikit diletakkan pada lajur dibawahnya. Demikian seterusnya sehingga pada lajur paling bawah terletak nomor individu yang mendapat pilihan paling sedikit atau yang sama sekali tidak mendapat pilihan. Kemudian nomor-nomor tersebut dihubung-hubungkan dengan anak panah – anak panah sesuai dengan arah pilihan masing-masing individu.
5
4

3

2
1
1
2
3
6
5
4
 










c.       Sosiogram teknik bebas
Dalam membuat sosiogram dengan teknik bebas ini nomor-nomor individu diletakkan secara bebas sedemikian rupa sehingga mudah dihubung-hubungkan antara individu yang memilih dengan individu yang dipilih. Yang dipentingkan dalam teknik ini adalah kepraktisan dalam menghubungkan antara pemilih dengan yang dipilih, tanpa memperhitungkan urutan letak berdasarkan jumlah pilihan.

B.     Skala
1.      Konsep skala
a.      Pengertian skala
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 118) teknik ini merupakan salah satu bentuk diantara model skala yang sering digunakan dalam asesmen pendidikan. Skala bertingkat ini menggambarkan suatu nilai tentang suatu objek asesmen berdasarkan pertimbangan. Skala bertingkat, dapat berupa:
1)      Skala angka, yaitu apabila skor yang diberikan seseorang tentang keadaan objek asesmen dapat dilambangkan dengan angka.
2)      Skala bertingkat dalam bentuk grafik banyak digunakan orang karena dapat mengurangi kesalahan-kesalahan atau “bias” dalam mengisinya.
Menurut Sri Milfayetty (2011:27) skala merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek afektif. Disusun berdasarkan indikator perilaku untuk mengungkap aspek yang dimaksud. Teknik ini merupakan salah satu model yang sering digunakan dalam asesmen pendidikan. Pada saat sekarang telah ada sejumlah model skala yang dikembangkan dan diusulkan orang. Model skala apa yang akan dipakai akan menentukan macam pernyataan/pertanyaan yang diperlukan.
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 118-119) beberapa langkah dalam menyusun skala adalah sebagai berikut:
1)      Komposisi item dalam satu kesatuan
a)      Susun sejumlah item yang hanya mencakup satu dimensi saja.
b)      Pernyataan positif dan negatif hendaklah di skor dengan cara yang berlainan.
2)      Pemilihan alternatif jawaban
a)      Tentukan beberapa pilihan yang akan digunakan lima, tujuh atau sembilan.
b)      Alternatif yang dipilih hendaklah mudah dipahami peserta didik.
3)      Urutan butir
a)      Hendaklah ditetapkan secara acak (random)
b)      Sediakan waktu secukupnya, sehingga setiap butir dapat diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Format dan perwajahan instrumen perlu diperhatikan dengan seksama oleh penyusun skala, mudah dibaca, dipahami dan diisi, serta indah dilihat.
b.      Jenis Skala
Teknik skala yang sering digunakan untuk mengukur sikap seseorang, yaitu:
1)      Skala likert
Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert, yang merupakan suatu series butir (butir soal). Responden hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap butir soal tersebut. Skala ini dimaksudkan untuk mengukur sikap individu dalam dimensi yang sama dan individu menempatkan dirinya ke arah satu kontinuitas dari butir soal.
Dalam menyusun skala likert perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a)      Komposisi butir soal dalam satu kesatuan.
·         Susun sejumlah soal (antara 50-100 butir) yang merupakan pernyataan yang mencakup satu dimensi saja. Umpama: Motivasi Belajar atau Kebiasaan Belajar.
·         Pernyataan positif dan negatif hendaklah seimbang jumlahnya. Urutan pemunculannya dilakukan secara random.
·         Kekuatan tiap butir soal tidaklah begitu penting.
·         Jumlah pernyataan yang positif dan negatif hendaklah sama jumlahnya. Hal ini dimaksudkan apakah ada pertanyaan yang dikurangi maka komposisi yang tersisa tetap seimbang.
b)      Pemilihan alternatif jawaban
·         Tentukan berapa alternatif yang akan digunakan. Apakah lima, tujuh, sembilan atau sebelas.
·         Alternatif yang dipilih hendaklah lebih mudah dipahami responden dan memberikan semaksimal mungkin data yang diperlukan.
·         Alternatif respon yang dipilih itu hendaklah disesuaikan dengan pernyataan. Jangan terjadi kesenjangan antara pernyataan dengan alternatif respon yang disediakaan.
c)      Tataurutan butir soal dan persiapan pengadministrasian
·         Tiap butir soal dalam instrumen hendaklah ditetapkan secara random (acak)
·         Respon pilihan sebaiknya ditempatkan disebelah kanan, dan kadang-kadang disebelah bawah kalau respon pilihan tidak seragam, sedangkan petunjuk pengisian ditempatkan di bagian atas halaman pertama atau pada halaman terpisah di abgian depan. Hendaknya menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga tidak menimbulkan keraguan lagi bagi responden dalam mengisi instrumen.
·         Berikan waktu secukupnya, sehingga setiap responden mengisi semua butir soal sesuai dengan keadaan sebenarnya.
·         Format dan perwajahan instrumen adalah sesuatu yang penting. Instrumen itu hendaklah mudah dibaca, mudah dipahami, dan mudah pula diisi oleh responden.
·         Instrumen yang telah siap perlu ditimbang (judge) ahli dan kemudian diuji cobakan kepada seluruh respondeng yang merupakan bagian dari populasi penelitian tetapi bukan sampel penelitian. Besarnya sampel uji coba tergantung pada teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data uji coba  tersebut.

d)     Pemberian skor
Dalam pemberian nilai pada sikap tertentu yang diteliti, peneliti hendaklah memberi skor pada semua butir soal yang digunakan. Pada butir soal yang tidak diisi oleh responden maka skor yang bersangkutan adalah nol.  Langkah dalam pemberian skor:
·         Apabila pilihan respon lima, maka nilai 1, 2, 3, 4, 5.
·         Berhubunga karena adanya butir soal yang positif dan yang mnegatif, maka sejak dini peneliti hendaklah menentukandengan teliti mana butir soal dengan sikap positif dan mana pula yang bersifat negatif.
·         Skor masing-masing responden merupakan penjumlahan skor tiap butir soal yang didapat oleh masing-masing responden.
·         Tiap skor rata-rata itu dapat diartikan positif atau negatif, dengan mempedomani kembali filosofi dasar dan pedoman nilai yang diberikan.
e)      Penyempurnaan dan pengembangan instrumen
Setelah butir soal dianalisis berdasarkan sampel uji coba, peneliti memilih butir soal yang baik berdasarkan validitas internal yang telah diketahui. Langkah – langkah dalam menentukan urutan butir soal dan cara pemberian skor dalam instrumen yang terakhir sama dengan pada waktu menentukan urutan instrumen dan pemberian skor pada waktu uji coba instrumen.
2)      Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Louis Thurstone,  skala ini bertujuan ingin mengurutkan respon berdasarkan ciri -ciri tertentu. Skala ini tidak terlalu mudah disusun, namun mempunyai reliabilitas yang tinggi. Skala ini disusun berdasarkan interval yang sama dan menggunakan pertimbangan dalam menyusunnya.
a)      Penyusunan skala Thurstone
·         Menentukan  komposisi dalam satu pool
-          Susunan dan atau kumpulkan suatu set pernyataan yang unidimensional. Jumlah soal yang idela anatara 100 hingga 200 butir.
-          Kekuatan per butir soal tidaklah begitu penting
-          Boleh pernyataan positif maupun negatif
-          Susun pernyataan yang unidimensional dan yang bersifat menyatakan sesuatu itu pada suatu kartu untuk setiap soal.
·         Pemilihan penimbang dan pertimbangan
-          Rumuskanlah populasi penelitian itu
-          Pilih dari populasi yang sama, penimbang/juri yang akan membantu pengembangan butir soal diatas
-          Jumlah penimbang sebaiknya sebanyak mungkin, antara 40 -100 orang
-          Kepada penimbang diharapkan mengelompokkan butir soal yang terdapat dalam setiap kartu ke dalam 11 kelompok dan memberi 1 sampai sebelas atau sangat tidak menyenangkan, dan sebaliknya.
-          Penyetoran pertimbangan atau penaksiran skala interval
-          Kumpulkan semua pertimbangan untuk tiap –tiap pernyataan atau butir soal
-          Distribusikan setiap pernyataan, dan pernyataan yang nilainya sangat menyebar dibuang. Sedangkan skor nilai yang agak bersamaan digunakan sebagai dasar perhitungan
-          Nilai butir soal ditentkan dengan menghitung median untuk sebagai dasar perhitungan
·         Penyekoran pertimbangan atau penaksiran skala interval
-          Kumpulkan semua pertimbangan untuk setiap pernyataan atau butir soal
-          Distribusikan setiap pernyataan, dan pernyataan yang nilainya sanat menyebar dibuang. Sedangkan skor nilai yang agak bersamaan digunakan untuk membuat skala.
-          Hitung semi interquartile range untuk setiap pernyataan. Hitung nilai median dari nilai – niai. Median digunakan sebagai dasar perhitungan
-          Nilai butir soal ditentukan dengan menghitung median untuk penempatan freskuaensi penilai.
-          Tentukan berapa panjang skala dan berapa banyak butir soal.
-          Setelah ukuran skala ditentukan, pilihlah soal sebanyak yang ditumbuhkan, berdasarkan interval yang sama.
-          Bentuk paralel dapat disusuln dengan memilik butir soal lain berdasarkan interval yang sama pula
·         Persiapan pengadministrasian dan pengskoran
-          Sesuatu butir soal hendaklah dipilih dari sejumlah soal - soal yang lebih luas.
-          Pada setiap butir soal hendaklah disediakan tempat untuk responden menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan ini.
-          Penskoran dilakukan dengan membuat tanda pada butir soal bahwa nilai untuk tiap butir soal bahwa responden setuju dengan pernyataan itu.

3)      Skala Guttman
Skala Guttman atau disebut juga Scalogram analisis. Dikembangkan oleh Louis Guttman dan lebih rumit dari skala Likert dan Thurstone. Skala ini merupakan skala kumulatif ordinal dan hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dmensi. Karena itu skala ini disebut juga dengan unidimensional.
a)      Langkah – langkah dalam menyusun skala Guttman
·         Susunlah sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang akan diselidiki dengan lebih dahulu menentukan sub – sub variabelnya dalam satu pool.
·         Susun pertanyaan deskriptif mengenai universe yang diselidiki
·         Butir – butir soal hendaklah mewakili sikap yang diukur
·         Tempatkan soal itu dengan baik dalam sheet dengan dua kemungkinan jawaban “ya” dan :tidak”.
b)      Uji coba skala
·         Administrasikan skala itu pada sampel, yang diperkirakan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi penelitian.
·         Semua butir soal, diskor dengan cara yang telah ditentukan terlebih dahulu.
·         Skor ditentukan untuk setiap responden. Umumnya tiap responden adalah jumlah jawaban yang positif.
c)      Penyusunan skala
·         Susun suatu Chart, dengan butir soal sebelah atas dengan responden sebelah kiri, seperti contoh yang diberikan Oppenheim, yang dikemukakan pada halaman 229.
·         Setelah semua responden selesai diskor, maka kegiatan berikutnya adalah mengatur/menyusun kembali menurut ranking, dengan tidak memperbaiki letak butir soal.
·         Setelah semua responden diurutkan, maka langkah berikutnya adalah mengatur kembali butir soal dengan menempatkan pada kolom pertama adalah butir soal yang terbanyak jawaban “ya”, dan seterusnya, dengan tidak merbah urutan responden.
·         Kegiatan berikutnya adalah menghitung indeks reprodusibilitas.
-          Indeks ini dihitung untuk menentukan apakah respon yang diberikan menunjukkan kualitas yang kuat dalam kaitan dengan total skor yang tertinggi.
-          Untuk menghitung indek itu dapat digunakan rumus:
Keterangan:
R                                = jumlah reprodusibilitas
Jumlah kesalahan       = jumlah kesalahan dalam
skala yaitu jawaban diluar bentuk segitiga

-          Jika indek reprodusibitas kecil dari 0.9 maka skala itu tidak memuaskan untuk digunakan
-          Indeks reprusibitas hanya mengukur ketepatan alat yang dibuat, sedangkan koefisien skalabilitas menunjukka kepada baik tidaknya skala itu digunakan
-          Langkah selanjutnya menghitung koefisien skalabilitas. Rumus untuk mencari koefisien skalabilitas adalah sebagai berikut:
                                                Keterangan:
                                                Ks        = koefisien skalabilitas
                                                e          = jumlah kesalahan (error)
                    m         = jumlah total kesalahan, yaitu jumlah
respon dikurangi total jawaban “ya” dalam segitiga.
-          Kalau indeks skalabilitas besar dari 0.6 maka skalaitu dianggap baik.
4)      Skala Perbedaan Semantik
Skala ini dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum untuk mengukur pengertian seseorang tentang konsep atau objek. Setiap responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar dengan tujuh titik.
a)      Langkah – langkah penyusunan skala
·         Pilih konsep yang akan dinilai
-          Konsep tersebut hendaklah relevan dengan topik penelitian
-          Konsep itu harus sensitif untuk membedakan kesamaan antara kelompok
·         Pilih kata – kata ajektif berpasangan
-          Kata – kata ajektif itu (bipolar) berlawanan
-          Sifat berlawanan itu tidak dimunculkan hanya dengan menambah kata tambahan “ tidak” , kecuali kalau tidak ada ilihan yang lain.
Contoh:
Rajin - malas (bukan tidak rajin)
Tinggi - rendah  (bukan tidak tinggi)
b)      Contoh skala perbedaan semantik
Perbedaan semantik ini dapat lebih banyak disusun untuk mengungkapkan pengertian tentang ranah afektif atau dimensi – dimensi evaluatif. Sifat bipolar dapat pula disusun untuk mengungkapkan: potensi, evaluasi dan kegiatan, seperti contoh dibawah ini.
Potensi          : kuat – lemah
                        Berat – ringan
Evaluasi         : baik – buruk
                        Bersih – kotor
Kegiatan        : cepat – lmbat
                        Aktif – pasif
Contoh: Skala Perbedaan Semantik
               Belajar Bebas
1.      Baik---------------------------- Buruk
2.      Aktif--------------------------- Pasif
3.      Benci -------------------------- Suka
4.      Sia- sia ------------------------ Berguna
5.      Gembira ---------------------- Tenang
6.      Fleksibel ---------------------- Kaku
7.      Berat --------------------------- Ringan
Responden hanya memberi tanda X (silang) pada salah satu tempat diantara tujuh posisi yang disediakan, sesuai dengan persepsinya tentang konsep yang diukur.
2.      Tujuan Skala
Menurut Sugiyono (2012:134) tujuan skala adalah untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial .
3.      Kegunaan Skala
Pada dasarnya Skala ini berguna bagi kepentingan pemahaman diri konseli melalui teknik observasi yang lebih khas diukur dari derajat penilaian. Adapun keguanaannya terperinci adalah sebagai berikut:
a.       Mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis
b.      Mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu singkat,
c.       Mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam derajat penilaian
d.      Mencatat kemunculan perilaku di dalam dan/atau di luar sekolah, serta
e.       Mencatat kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.
4.      Pengadministrasian Skala
Pengadministrasian skala dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
a.       Tahap persiapan (merancangbangun)
Tahap persiapan mencakup langkah-langkah berikut:
1)      Penetapan topik
2)      Penentuan variabel
3)      Penentuan indikator
4)      Penentuan prediktor
5)      Penyusunan pernyataan/item.
b.      Tahap pelaksananaan
Tahap pelaksanaan meliputi langkah-langkah berikut:
1)      Penyiapan pedoman/format SP,
2)      Penentuan posisi observasi yaitu observer mengambil posisi yang tepat agar mudah mengamati perilaku observee dan tidak mengganggu perhatian observee,
3)      Pelaksanaan pengamatan yaitu mencatat derajat perilaku observee yang muncul pada format SP,
4)      Pencatatan terhadap perilaku observee (siswa/konseli yang diobservasi).
c.       Tahap analisis hasil
Tahap analisis hasil mencakup langkah-langkah berikut:
1)      Skoring
2)      Analisis dan interpretasi
3)      Kesimpulan









KEPUSTAKAAN


A. Muri Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press.

                       . 2013. Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan.       Padang: UNP Press.

W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:        Grasindo.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar