JENIS INVENTORI
LANJUTAN
(Wawancara dan
Observasi)
Oleh,
Wiwi Delfita
PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2017
JENIS
INVENTORI LANJUTAN
WAWANCARA
DAN OBSERVASI
A.
WAWANCARA
1.
Konsep
Wawancara
a.
Pengertian
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 115) wawancara adalah
proses interaksi antara pewawancara dengan yang diwawancarai melalui langsung;
atau dapat juga dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka antara
pewawancara dengan yang diwawancara di mana pewawancara bertanya tentang suatu
aspek yang dinilai dan telah di rancang sebelumnya. Selanjutnya Gantina
Komalasari, dkk. (2011: 41) mengemukakan wawancara adalah teknik pengumpulan
data dengan cara berkomunikasi, bertatap muka yang disengaja, terencana dan
sistematis antara pewawancara dengan individu yang diwawancarai.
Wawancara atau interview
menurut Deasy Riyanti (2007: 71) adalah suatu proses pembicaraan dalam
suatu situasi komunikasi langsung (face
to face relationship) antara pewanwancara (interviewer) dengan pihak yang diwawancari (interviewe) di mana kedua belah pihak saling memberikan data
dan/atau menerima informasi tentang persoalan-persoalan yang dibicarakan. Wayan
Nurkancana (1993: 61) juga mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber
data, dan sumber data juga memberikan jawaban secara lisan pula. Adapun jenis
data yag cocok dikumpulkan dengan metode interview antara lain adalah data
tentang identitas pribadi, latar belakang keluarga, temperamen, karakter,
penyesuaian, sikap dan minat.
Adapun ciri-ciri wawancara menurut Clifford E.
Erickson (dalam Deasy Riyanti, 2007: 71) yaitu sebagai berikut:
1) Pertemuan
tatap muka, biasanya suatu konsultasi resmi
2) Percakapan
tatap muka di antara individu-individu yang berusaha untuk mencapai pemecahan
masalah
3) Suatu
percakapan yang mempunyai tujuan
4) Suatu
percakapan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu dan bukan hanya untuk
kepuasan yang tejadi dalam pertemuan itu saja.
b.
Jenis
wawancara
Menurut Gantina
Komalasari, dkk (2011:46) metode wawancara
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1)
Wawancara menurut responden
a) Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan kepada individu
yang ingin kita kumpulkan datanya
b) Wawancara tidak langsung, dilakukan untuk mengumpulkan informasi
tentang seorang individu melalui individu lain yang mempunyai informasi yang
dibutuhkan.
2)
Wawancara menurut prosedur
a) Wawancara terstruktur, pertanyaan disusun dalam suatu daftar
terinci dan dijadikan pegangan oleh pewawancara untuk melakukan wawancara.
b) Wawancara Tidak Terstruktur, pertanyaannya tidak disusun rinci
tetapi hanya pokok-pokok pertanyaannya saja, sehingga member kesempatan
pewawancara mengadakan variasi, dan bersifat lebih fleksibel.
3)
Wawancara menurut situasi
a) Wawancara formal, dilakukan pada ruang yang telah dipersiapkan,
pola hubungan resmi/formal
b) Wawancara informal, dilakukan tidak di tempat khusus, pola
hubungan santai/tidak resmi.
4)
Wawancara dilihat dari segi
perencanaan
a) Wawancara terencana, dilakukan diwaktu dan tempat yang telah
direncanakan, sumber data juga telah dihubungi dan telah dicapai kesepakatan
bersama.
b) Wawancara incidental, dilakukan secara kebetulan ada kesempatan
baik, serta belum ditetapkan waktu dan tempat.
2.
Tujuan
Adapun tujuan dari wawancara menurut Gantina
Komalasari, dkk. (2011: 41) yaitu:
a. Untuk
memahami berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan dan
masalah peserta didik.
b. Untuk
memahami potensi dan kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, maupun
lingkungan kerjanya secara dalam.
Selain itu, tujuan wawancara menurut Deasy Riyanti
(2007: 75) yaitu sebagai berikut:
a.
Tepat untuk mengungkapkan keadaan
pribadi
b.
Memberikan kemungkinan masuknya data
lebih banyak dan lebih cermat tentang orang yang diwawancarai.
3.
Kegunaan
Pengunaan asesmen wawancara menurut Gantina
Komalasari, dkk (2011: 51) dalam pelayanan BK memiliki beberapa manfaat antara
lain:
a. Memperoleh
informasi secara mendalam
b. Menciptakan
rapport yang baik
c. Meningkatkan
intensitas hubungan antara konselor dengan peserta didik
d. Mendorong
pegembangan kemampuan peserta didik untuk membuka diri
e. Meningkatkan
pemahaman antara konselor-peserta didik
f. Mengembangkan
kemampuan konselor dalam menenrima peserta didik
g. Mengembangkan
kepercayaan diri peserta didik.
4.
Pengembangan
item
Dalam buku Gantina Komalasari (2011: 47) dijelaskan
langkah-langkah yang bisa digunakan untuk menyusun pedoman wawancara, yaitu
sebagai berikut:
a. Menetapkan
tujuan wawancara
b. Menetapkan
bentuk pertanyaan sesuai dengan tujuan
c. Merumuskan
butir pertanyaan dengan bahasa yang dipahami interviewee
d. Pertanyaan
harus fokus, sehingga interviewee
menjawab sesuai dengan yang dibutuhkan
e. Rumusan
pertanyaan jangan memiliki makna ganda
f. Rumusan
pertanyaan harus netral, tidak mengandung stereotip atau menghakimi
g. Bila
bentuk wawancara terstruktur butir pertanyaan dibuat rinci sedangkan bila
bentuk wawancara tidak terstruktur, cukup dituliskan pokok-pokok pertanyaannya
saja.
B.
OBSERVASI
1.
Konsep
observasi
c.
Pengertian
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 109) observasi
merupakan yang teliti dan sistematis tentang suatu objek. Melalui observasi,
seorang pendidik/guru atau tenaga pendidikan lainnya dapat mengetahui tingkah
laku non verbal dari pada peserta didik atau kegiatan program pendidikan. Deasy
Riyanti (2007: 63) mengemukakan observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja dengan menggunakan alat indra (terutama
mata) dan pencatan terhadap gejala perilaku yang diselidiki.
Wayan Nurkancana (1993: 35) juga mengemukakan
observasi sebagai suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap suatu obyek dalam
suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang
hal-hal tertentu yang diamati. Pengamatan langsung yang dimaksudkan di sini
dapat berupa kegiatan melihat, mendengar atau kegiatan dengan alat indra
lainnya.
Suatu kegiatan dapat dikatakan merupakan kegiatan
observasi bilamana kegiatan tersebut mencerminkan adanya ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Observasi
harus tertentu, bukan hanya untuk melihat sekilas untuk memperoleh kesan umum.
2) Observasi
harus dilakukan secara sistematis dan sengaja, bukan dilakukan secara kebetulan.
3) Observasi
bersifat kuatitatif, terkait jumlah seringnya peristiwa terjadi.
4) Observasi
harus segera dicatat. Kejadian harus segera ditulis, supaya tidak lupa dan
jangan mengandalkan ingatan.
5) Observasi
membutuhkan keahlian, oleh karena itu harus dilakukan oleh orang yang terlatih.
6) Observasi
harus bersifat objektif tanpa pransangka.
d.
Jenis
observasi
Beberapa
jenis observasi menurut Deasy Riyanti (2007: 65) yaitu:
1)
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat
dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku
siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar
guru, dsb.
2)
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non
Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung
dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang
pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai
pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh
data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa
mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam
teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo,
dll.
3)
Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana
tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti
telah tahu pasti tentang variabel yang akan diamati. Misalnya peneliti akan
melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas
dalam pelayanan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai
setiap perilaku dan ucapan dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur kinerja karyawan tersebut.
4)
Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan diamati. Sehingga peneliti melakukan pengamatan
bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat
kesimpulan. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
2.
Tujuan
Adapun tujuan observasi menurut Gantina Komalasari,
dkk. (2011: 53) yaitu untuk:
a. Memberikan
informasi yang tidak mungkin didapatkan melalui teknik lain,
b. Memberikan
tambahan informasi yang tidak mungkin didapat dengan teknik lain
c. Dapat
menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui
d. Mendorong
perkembangan subjek pengamatan
Selain itu, Deasy Riyanti (2007: 67) mengemukakan
bahwa observasi memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
a. Untuk
menyelidiki berbagai macam gejala perilaku.
b. Untuk
mengecek data yang telah diperoleh dengan teknik lain.
c. Untuk
memperoleh data tentang gejala perilaku yang sebenarnya dan langsung.
3.
Kegunaan
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam siatuasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap, kemampuan, bahkan
hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan (Deasy Riyanti, 2007: 65).
4.
Pengembangan
item
Adapun langkah dalam penyusunan pedoman observasi (Gantina
Komalasri, 2011: 71) yaitu:
a. Menetapkan
tujuan pengamatan
b. Menetapkan
bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c. Membuat
format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau
skala penilaian. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang prosedur
pembuatan dan contoh format pencatatan hasil pengamatan.
d. Melakukan
uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah
pedomman pengamatan selesai disusun, perlu dilakuakn uji coba pengamatan.
KEPUSTAKAAN
A.
Muri
Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi
Pendidikan. Padang: UNP Press.
Deasy
Riyanti. 2007. Instrumen BK Non Tes
(Bahan Ajar). Bandar Lampung.
Gantina Komalasari, dkk. 2011. Assesment
Teknik Non-Tes dalam Perspektif BK Komperhensif. Jakarta : PT. Indeks.
Wayan
Nurkancana. 1993. Pemahaman Individu.
Surabaya: Usaha Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar