Jumat, 20 September 2019

WAWANCARA DAN OBSERVASI



JENIS INVENTORI LANJUTAN
(Wawancara dan Observasi)








Oleh,
Wiwi Delfita





PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017





JENIS INVENTORI LANJUTAN
WAWANCARA DAN OBSERVASI
A.    WAWANCARA
1.      Konsep Wawancara
a.      Pengertian
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 115) wawancara adalah proses interaksi antara pewawancara dengan yang diwawancarai melalui langsung; atau dapat juga dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka antara pewawancara dengan yang diwawancara di mana pewawancara bertanya tentang suatu aspek yang dinilai dan telah di rancang sebelumnya. Selanjutnya Gantina Komalasari, dkk. (2011: 41) mengemukakan wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi, bertatap muka yang disengaja, terencana dan sistematis antara pewawancara dengan individu yang diwawancarai.
Wawancara atau interview menurut Deasy Riyanti (2007: 71) adalah suatu proses pembicaraan dalam suatu situasi komunikasi langsung (face to face relationship) antara pewanwancara (interviewer) dengan pihak yang diwawancari (interviewe) di mana kedua belah pihak saling memberikan data dan/atau menerima informasi tentang persoalan-persoalan yang dibicarakan. Wayan Nurkancana (1993: 61) juga mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan sumber data juga memberikan jawaban secara lisan pula. Adapun jenis data yag cocok dikumpulkan dengan metode interview antara lain adalah data tentang identitas pribadi, latar belakang keluarga, temperamen, karakter, penyesuaian, sikap dan minat.


Adapun ciri-ciri wawancara menurut Clifford E. Erickson (dalam Deasy Riyanti, 2007: 71) yaitu sebagai berikut:
1)      Pertemuan tatap muka, biasanya suatu konsultasi resmi
2)      Percakapan tatap muka di antara individu-individu yang berusaha untuk mencapai pemecahan masalah
3)      Suatu percakapan yang mempunyai tujuan
4)      Suatu percakapan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu dan bukan hanya untuk kepuasan yang tejadi dalam pertemuan itu saja.
b.      Jenis wawancara
Menurut Gantina Komalasari, dkk (2011:46) metode wawancara dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1)      Wawancara menurut responden
a)   Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan kepada individu yang ingin kita kumpulkan datanya
b)  Wawancara tidak langsung, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang seorang individu melalui individu lain yang mempunyai informasi yang dibutuhkan.
2)      Wawancara menurut prosedur
a)   Wawancara terstruktur, pertanyaan disusun dalam suatu daftar terinci dan dijadikan pegangan oleh pewawancara untuk melakukan wawancara.
b)  Wawancara Tidak Terstruktur, pertanyaannya tidak disusun rinci tetapi hanya pokok-pokok pertanyaannya saja, sehingga member kesempatan pewawancara mengadakan variasi, dan bersifat lebih fleksibel.
3)      Wawancara menurut situasi
a)       Wawancara formal, dilakukan pada ruang yang telah dipersiapkan, pola hubungan resmi/formal
b)       Wawancara informal, dilakukan tidak di tempat khusus, pola hubungan santai/tidak resmi.
4)      Wawancara dilihat dari segi perencanaan
a)       Wawancara terencana, dilakukan diwaktu dan tempat yang telah direncanakan, sumber data juga telah dihubungi dan telah dicapai kesepakatan bersama.
b)       Wawancara incidental, dilakukan secara kebetulan ada kesempatan baik, serta belum ditetapkan waktu dan tempat.
2.      Tujuan
Adapun tujuan dari wawancara menurut Gantina Komalasari, dkk. (2011: 41) yaitu:
a.       Untuk memahami berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan dan masalah peserta didik.
b.      Untuk memahami potensi dan kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, maupun lingkungan kerjanya secara dalam.
Selain itu, tujuan wawancara menurut Deasy Riyanti (2007: 75) yaitu sebagai berikut:
a.                                                                                                              Tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
b.             Memberikan kemungkinan masuknya data lebih banyak dan lebih cermat tentang orang yang diwawancarai.
3.      Kegunaan
Pengunaan asesmen wawancara menurut Gantina Komalasari, dkk (2011: 51) dalam pelayanan BK memiliki beberapa manfaat antara lain:
a.       Memperoleh informasi secara mendalam
b.      Menciptakan rapport yang baik
c.       Meningkatkan intensitas hubungan antara konselor dengan peserta didik
d.      Mendorong pegembangan kemampuan peserta didik untuk membuka diri
e.       Meningkatkan pemahaman antara konselor-peserta didik
f.       Mengembangkan kemampuan konselor dalam menenrima peserta didik
g.      Mengembangkan kepercayaan diri peserta didik.
4.      Pengembangan item
Dalam buku Gantina Komalasari (2011: 47) dijelaskan langkah-langkah yang bisa digunakan untuk menyusun pedoman wawancara, yaitu sebagai berikut:
a.       Menetapkan tujuan wawancara
b.      Menetapkan bentuk pertanyaan sesuai dengan tujuan
c.       Merumuskan butir pertanyaan dengan bahasa yang dipahami interviewee
d.      Pertanyaan harus fokus, sehingga interviewee menjawab sesuai dengan yang dibutuhkan
e.       Rumusan pertanyaan jangan memiliki makna ganda
f.       Rumusan pertanyaan harus netral, tidak mengandung stereotip atau menghakimi
g.      Bila bentuk wawancara terstruktur butir pertanyaan dibuat rinci sedangkan bila bentuk wawancara tidak terstruktur, cukup dituliskan pokok-pokok pertanyaannya saja.
B.     OBSERVASI
1.      Konsep observasi
c.       Pengertian
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 109) observasi merupakan yang teliti dan sistematis tentang suatu objek. Melalui observasi, seorang pendidik/guru atau tenaga pendidikan lainnya dapat mengetahui tingkah laku non verbal dari pada peserta didik atau kegiatan program pendidikan. Deasy Riyanti (2007: 63) mengemukakan observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja dengan menggunakan alat indra (terutama mata) dan pencatan terhadap gejala perilaku yang diselidiki.
Wayan Nurkancana (1993: 35) juga mengemukakan observasi sebagai suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap  suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Pengamatan langsung yang dimaksudkan di sini dapat berupa kegiatan melihat, mendengar atau kegiatan dengan alat indra lainnya.
Suatu kegiatan dapat dikatakan merupakan kegiatan observasi bilamana kegiatan tersebut mencerminkan adanya ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Observasi harus tertentu, bukan hanya untuk melihat sekilas untuk memperoleh kesan umum.
2)      Observasi harus dilakukan secara sistematis dan sengaja, bukan dilakukan secara kebetulan.
3)      Observasi bersifat kuatitatif, terkait jumlah seringnya peristiwa terjadi.
4)      Observasi harus segera dicatat. Kejadian harus segera ditulis, supaya tidak lupa dan jangan mengandalkan ingatan.
5)      Observasi membutuhkan keahlian, oleh karena itu harus dilakukan oleh orang yang terlatih.
6)      Observasi harus bersifat objektif tanpa pransangka.
d.      Jenis observasi
Beberapa jenis observasi menurut Deasy Riyanti (2007: 65) yaitu:
1)    Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
2)                 Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3)                                                                                                                                 Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu pasti tentang variabel yang akan diamati. Misalnya peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan ucapan dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.
4)                                                                                                                            Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Sehingga peneliti melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.





2.      Tujuan
Adapun tujuan observasi menurut Gantina Komalasari, dkk. (2011: 53) yaitu untuk:
a.       Memberikan informasi yang tidak mungkin didapatkan melalui teknik lain,
b.      Memberikan tambahan informasi yang tidak mungkin didapat dengan teknik lain
c.       Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui
d.      Mendorong perkembangan subjek pengamatan
Selain itu, Deasy Riyanti (2007: 67) mengemukakan bahwa observasi memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
a.       Untuk menyelidiki berbagai macam gejala perilaku.
b.      Untuk mengecek data yang telah diperoleh dengan teknik lain.
c.       Untuk memperoleh data tentang gejala perilaku yang sebenarnya dan langsung.
3.      Kegunaan
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam siatuasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan (Deasy Riyanti, 2007: 65).
4.      Pengembangan item
Adapun langkah dalam penyusunan pedoman observasi (Gantina Komalasri, 2011: 71) yaitu:
a.       Menetapkan tujuan pengamatan
b.      Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c.       Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau skala penilaian. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang prosedur pembuatan dan contoh format pencatatan hasil pengamatan.
d.      Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah pedomman pengamatan selesai disusun, perlu dilakuakn uji coba pengamatan.











KEPUSTAKAAN
A.      Muri Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press.

Deasy Riyanti. 2007. Instrumen BK Non Tes (Bahan Ajar). Bandar Lampung.

Gantina Komalasari, dkk. 2011. Assesment Teknik Non-Tes dalam Perspektif BK Komperhensif. Jakarta : PT. Indeks.

Wayan Nurkancana. 1993. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Nasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar